Belajar STEM Harus Aktif dan Menyenangkan!

Photo by Monstera from Pexels

Makin banyak penelitian tentang bagaimana cara manusia belajar makin tumbuh juga kesempakatan antar para peneliti bahwa manusia akan belajar dengan sangat baik jika mereka aktif, tidak terganggu (engaged), saat materi pembelajaran saling berhubung dan bermakna, interaktif secara sosial, dan yang tidak kalah penting, menyenangkan (Zosh et al., 2018).

Sayangnya pembelajaran aktif dan menyenangkan seperti ini tetap menjadi minoritas di dunia pendidikan kita, dan bahkan masih banyak advokat playful learning di negara-negara maju, ini menunjukkan bahwa sistem pendidikan secara global pun masih lambat untuk mengadopsi metode playful learning. Ini sangat disayangkan karena bukti bahwa belajar secara aktif lebih efektif itu sudah banyak dan konklusif, khususnya dibidang science, technology, engeneering, dan math (STEM) (Freeman et al., 2014).

Salah satu alasan mengapa fenomena ini terjadi adalah persepsi dari pengajar, dan bahkan para pelajar sendiri marasa mereka belajar lebih banyak dengan metode ceramah saat belajar mengenai STEM. Sebuah penelitian menunjukkan pelajar memang memiliki bias terhadap pembelajaran aktif.

Dalam penelitian ini mereka mendapatkan 149 mahasiswa jurusan fisika di universitas  Harvard dan 2 dosen (A dan B) untuk berpartisipasi. Para peserta mahasiswa dibagi kedalam 2 kelas ini di hari pertama mereka mempelajari keseimbangan statis di kelas A mereka menggunakan metode aktif learning, dan kelas B menggunakan metode ceramah tradisional. Hari kedua mereka mempelajari mengenai cairan, kali ini kelas B yang menggunakan metode aktif, dan kelas A menggunakan ceramah tradisional.

Dalam metode ceramah para dosen hanya memberikan presetnasi menggunakan powerpoint, dan demonstrasi konsep sederhana. Saat menggunakan metode aktif para peserta diekolmpokan dan diberikan eksperimentasi di mana mereka mencoba menyelesaikan sebuah probelm. Hal utama yang memebedakan 2 metode ini adalah yang pasif mereka diberikan solusi dari problem secara langsung dalam kelas aktif mereka diberikan sebuah problem dan berkesperimentasi untuk mencari sendiri solusi dari problem tersebut.

Setelah selesai berpartisipasi para peserta mahasiswa diberikan 2 survei yang berbeda, yang 1 adalah sebuah tes pilihan ganda yang menguji pemahaman mereka, dan 1 lagi tentang persepsi mereka mengenai seberapa banyak yang mereka sudah pelajari dari 2 metode pembelajaran yang berbeda.

Hasilnya nih yang menarik, para peserta yang mengikuti metode aktif secara rata-rata mendapatkan nilai sekitar 10% lebih tinggi, tetapi dalam kelas yang pasi, mereka menganggap dosen lebih efektif berkomunikasi dalam kelas ceramah, dan mereka mereasa belajar lebih banyak dari kelas ini juga.

Nah kok bisa ya, mengapa persepsi para peserta bisa sangat melenceng dari kenyataannya?

Ada 3 hal yang dianggap mengakibatkan ini
Tingkat kemahiran dari dosen dalam menyampaikan materi membuat para mahasiswa menganggap mereka belajar jauh lebih banyak dari yang kenyataannya mereka pahami.
Metakognisi para mahasiswa belum cukup bak untuk menilai kemampuan diri mereka sendiri
Mahasiwa yang tidak teribasa dalam pembelajaran aktif merasa tantangan kognitif yang terjadi saat belajra dengan aktif sebagai sebuah hal negatif, bukan sebuah tanda bahwa pembelajaran yang baik sedang terjadi.

Jadi bagi para pendidik, guru, dosen, atau pun orang tau jangan kahawatir dengan presespsi, atau anggapan bahwa belajar dengan aktif seperti ini tidak efektif, yang harus kita lakukan adalah mencoba dan melihat sendiri hasilnya.

Nah untuk cara pembelajaran STEAM yang menyenangkan dan katif kita memberikan sebuah cara yang disingkat sebagai 5E, untuk mempelajarinya lebih lanjut bisa langsung ke artikel kita.

Sumber:

Deslauriers, L., McCarty, L. S., Miller, K., Callaghan, K., & Kestin, G. (2019). Measuring actual learning versus feeling of learning in response to being actively engaged in the classroom. Proceedings of the National Academy of Sciences, 116(39), 19251-19257.

Freeman et al., Active learning increases student performance in science, engineering, and mathematics. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 111, 8410–8415 (2014).

J. M. Zosh et al., Front. Psychol. 9, 1124 (2018).