Ludenara Beri Pelatihan 320 Guru SMP di Enam Kota, Ciptakan Siswa Kreatif dan Inovatif, Belajar sambil Bermain

Renny Martini – Minggu, 7 Mei 2023 | 20:40 WIB

Ketua Program Ludenara Eko Nugroho memberikan sambutan pada pembukaan Festival Nusantara Bermain Bermakna yang digelar 4-6 Mei, di Hotel Harris Sentraland, Semarang. (SM/dok)

SEMARANG, suaramerdeka.com Sistem pendidikan di Indonesia memerlukan inovasi tentang cara belajar.

Agar bisa membuat siswa merasa senang, gembira, dan tidak bosan dalam menerima pelajaran di sekolah.

Pasalnya, sistem pendidikan kita selama ini yang cenderung terpusat pada guru sebagai pengajar utama dan siswa sebagai penerima informasi.

Ini kerap mengalami kejenuhan, sehingga sulit untuk menciptakan siswa yang kreatif dan inovatif.

Untuk itu, sekitar 320 guru dari 80 sekolah menengah pertama (SMP) di enam kota, yakni Semarang, Malang, Pekalongan, Bogor, Bandung, dan Lombok Utara dilatih untuk berkreasi dan menciptakan pembelajaran sambil bermain.

“Kami mengembangkan inovasi pendidikan di Indonesia dengan metode game-based learning (GBL),”

“Metode ini mengembangkan semua keterampilan siswa, akademik, sosial, pemecahan masalah, dan berpikir kritis,’’

‘’Untuk itu, fokus kami adalah membantu para guru mengimplementasikan GBL secara sederhana di dalam kelas,’’ kata Penasihan dan Ketua Program Yayasan Ludere Nusantara Gemilang (Ludenara) Eko Nugroho.

Disampaikannya di sela-sela acara ‘’Festival Nusantara Bermain Bermakna’’, yang digelar 4-6 Mei, di Hotel Harris Sentraland, Semarang.

Diakuinya, Kemendikbud Ristek lewat Kurikulum Merdeka Belajar memberikan keleluasaan untuk menemukan metode pengajaran yang bisa meningkatkan hasil belajar peserta didik agar memiliki kompetensi dalam menghadapi Abad 21.

‘’Ludenara ditunjuk oleh Kemendikbud Ristek sebagai salah satu organisasi masyarakat yang bekerja dalam program organisasi penggerak lewat Nusantara Bermain Bermakna yang fokus membantu guru mengimplementasikan game-based learning secara sederhana.’’

Ludenara juga mendatangi sekolah-sekolah di enam kota tersebut untuk langsung memberikan motivasi pada para guru agar bisa memberikan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswanya.

‘’Apapun bentuknya, bisa lewat game atau permainan, tebak-tebakan, teka teki silang, dan hal-hal sederhana yang disukai anak-anak.’’

Setelah pada 2022, para guru mendapatkan pelatihan metode game-based learning dan game desain.

Lengkap dengan board game Kreatoria dan prototype kit.

Maka pada 2023 ini mereka diberi kesempatan untuk mempresentasikan kreasi dan inovasinya dalam menciptakan permainan yang diterapkan dalam pembelajaran di sekolahnya masing-masing lewat Festival Nusantara Bermain Bermakna.

‘’Dalam acara ini ada 12 guru yang terpilih sebagai champion untuk mempresentasikan karyanya.’’

Diharapkan, dengan banyaknya kreasi dan inovasi permainan atau game yang diciptakan para guru.

Menyenangkan

Maka proses belajar mengajar di sekolah akan menjadi menyenangkan, sehingga meningkatkan motivasi siswa untuk menimba ilmu.

”Kami berencana pada 2023 hingga 2024 akan mendampingi 1.000 guru di enam kota dan menghadirkan program gamer untuk memotivasi mereka menciptakan permainan-permainan dalam pembelajaran di sekolah yang bisa menumbuhkan kreativitas siswa.’’

Sementara itu, Desi Sugiarto, guru SMP Teuku Umar, Semarang mengakui, proses belajar mengajar tidak semata-mata harus dilakukan dengan serius.

Di dalam kelas, dan berpatokan pada buku-buku pelajaran yang tebal.

‘’Itu gaya belajar di masa lalu, sekarang ini guru harus bisa menciptakan kreasi mengajar yang menyenangkan dan tidak membosankan,”

”Guru harus bisa membawa kebahagiaan dalam mengajar, sehingga anak-anak juga ikut bahagia, karena yang disampaikan juga berita bahagia,’’ paparnya.

Desi merupakan satu di antara 12 guru champion yang terpilih untuk mempresentasikan karya dan inovasinya mengajar Bahasa Inggris lewat bermain ular tangga.

Presentasi di hadapan perwakilan para guru dari enam kota, yakni Bogor, Bandung, Malang, Pekalongan, Semarang, dan Lombok Utara.

‘’Ular tangga merupakan permainan yang familiar dan mudah dipahami siswa,”

”Caranya kita berikan tantangan sebelum siswa melangkah, mereka harus mengambil dadu lalu melangkah dan mengambil kartu berisi satu tema,”

”Lalu mereka harus menyebutkan kata-kata Bahasa Inggris yang berhubungan dengan tema tersebut,”

”Tiga teman lain menghitung waktunya dan mengecek jawabannya. Agar lebih menantang dan berkompetisi, siswa akan diberi nilai sesuai urutan finish, pertama 90, kedua 80, ketiga 70, dan keempat 60,’’ jelas Desi.

Dengan menerapkan pembelajaran lewat permainan ular tangga tersebut, siswa akan senang, suasana kelas jadi meriah, dan guru pun bahagia, karena bisa mengajar dengan santai.

‘’Bahkan anak-anak tidak merasa kalau sedang ujian, mereka bermain sekaligus mendapat nilai.’’

Lain lagi dengan Nessia Ulfa, guru Bimbingan dan Konseling SMP PGII 2 Bandung yang mengajak siswanya bermain tebak-tebakan profesi menggunakan konsep permainan kartu kuartet.

‘’Awalnya banyak siswa yang bingung, tapi setelah tahu mereka malah ketagihan dan tertantang untuk menggalinya,”

”Tebak profesi ini bertujuan mengenalkan ragam profesi kepada siswa. Misalnya, kita tanyakan cita-citanya apa, menjadi gamer, youtuber, entrepreuneur, dan lain-lain,”

”Lalu mereka menjelaskan apa saja yang berkaitan profesi tersebut, mulai dari apa yang dikerjakan sampai gaji atau penghasilan yang bisa didapatkan.’’

Guru SMP Rimba Teruna, Bogor Suci Mustika Hati juga menemukan cara belajar IPA lewat permainan kartu UNO ‘’Ayo Bermain Sate’’.

‘’Sate itu dari simak pertanyaan, ambil jawaban, tempel, dan ekspresikan ekspresimu,”

”Guru akan mengocok kartu, lalu lewat kartu yang diambil siswa diberi kesempatan untuk menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat lalu menempelnya di depan kelas,”

”Untuk jawaban yang benar, siswa berhak mengambil koin warna dan tiap warna menunjukkan poin yang didapat.’’

Dikatakan Suci, belajar sambil bermain merupakan cara yang tepat untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.

‘’Guru yang hebat itu bukan dilihat dari tumpukan prestasinya, tapi yang kehadirannya selalu dinantikan oleh para siswanya,”

”Keceriaan yang terpancar dari wajah anak-anak bisa menjadi mood booster bagi kita untuk selalu berusaha menciptakan ide-ide baru dalam mengajar,’’ ujarnya. ***