Proses belajar tidak hanya terjadi saat kita aktif, berkonsentrasi pada materi pembelajaran atau berlatih keterampilan yang kita ingin mahiri. Seperti membaca buku, mendengarkan guru menjelaskan materi, menyelesaikan soal matematika atau menekan kunci saat berlatih main piano.
Sementara jika kita sedang istirahat santai, proses belajar dianggap berhenti. Istirahat hanya berfungsi untuk memulihkan stamina mental dan fisik, agar kita bisa lanjut belajar lagi.
Namun ternyata ada penelitian baru yang menunjukan bahwa saat otak kita beristirahat justru proses pembelajaran terjadi dengan sangat pesat!
Penelitian ini menggunakan magnetoencephalography (sebuah teknik scanning otak yang sangat sensitif) untuk melihat aktivitas saraf otak pada anak muda saat mereka belajar mengetik dengan tangan non-dominan. Para peserta penelitian berlatih sebanyak 35 sesi dan diberikan istirahat singkat di setiap akhir sesi (Claudino et al., 2021).
Saat datanya dianalisis mereka menemukan bahwa aktivitas otak melesat saat beristirahat singkat diantara sesi. Tidak hanya berdiam, saraf-saraf di otak memainkan ulang sesi berlatih dengan kecepatan hingga 20 kali lipat dibandingkan saat mereka secara aktif berlatih.
Otak kita juga memproses data ini dari neocortex yang tadi bekerja secara aktif ke hippocampus yang berfungsi untuk menimpan memori sebanyak 24 kali dalam jangka waktu hanya 10 detik.
Wah keren ya! Ternyata saat beristirahat kita otak kita justru berfungsi dengan sangat aktif agar kita bisa mengingat dan melatih ulang apa yang kita pelajari.
Penemuan ini sangat penting bagi kita guru dan pengajar lainnya. Kita sekarang tahu bahwa istirahat-istirahat singkat di tengah-tengah waktu belajar sangat penting agar otak kita bisa bekerja dengan lebih efisien.
Penelitian lain yang melihat performa siswa-siswi dalam sekolah juga menunjukan bahwa istirahat semakin penting beriring dengan panjangnya jam sekolah (Sievertsen et al., 2016). Menggunakan data dari nilai ujian siswa-siswi Demark mereka menemukan bahwa setiap 1 jam sekolah nilai ujian berkurang dengan cukup signifikan.
Maka dari itu untuk siswa-siswi SD istirahat sebanyak 3-5 menit sangat dianjurkan untuk setiap 10-15 menit sesi belajar, atau 20-30 menit untuk siswa-siswi SMP dan SMA.
Untuk para praktisi Game Based Learning kita juga bisa menerapkan pengetahuan baru ini. Seperti satu contoh adalah, jika kita melakukan sesi Game Based Learning yang memakan waktu lebih dari 30 menit kita bisa menggunakan game yang sifatnya turn based, atau bergantian giliran.
Karena jika kita perhatikan, saat berganti giliran pemain tidak terus aktif berstrategi mengambil keputusan. Yang biasa pemain lakukan saat menunggu giliranya adalah mengobservasi pemain lain melihat kondisi permainan secara lebih luas, atau istirahat.
Dengan mekanisme permainan seperti ini, kita bisa menyaraknkan pemain yang menunggu gilirannya untuk beristirahat dengan baik, agar mereka bisa memproses materi game yang mereka mainkan.
Nah, menurut teman-teman praktisi Game Based Learning, ada implikasi lain gak buat Game Based Learning yang bisa kita terapkan dari hasil riset ini?
Sumber:
Buch, E. R., Claudino, L., Quentin, R., Bönstrup, M., & Cohen, L. G. (2021). Consolidation of human skill linked to waking hippocampo-neocortical replay. Cell reports, 35(10), 109193.
Sievertsen, H. H., Gino, F., & Piovesan, M. (2016). Cognitive fatigue influences students’ performance on standardized tests. Proceedings of the National Academy of Sciences, 113(10), 2621-2624.