Sekolah berbasis bermain, mungkinkah?

“Kami berharap suatu hari anak-anak datang ke sekolah hanya untuk bermain sepanjang hari, bukan untuk belajar.” Demikian ungkapan harapan salah seorang pendidik di Sekolah Dasar Islam Kreatif Mutiara Anak Sholeh, Sidoarjo, mewakili semua rekannya. Sekolah berbasis bermain, mungkinkah?

SDI Kreatif Mutiara Anak Sholeh membuktikan bahwa hal ini sepertinya bukanlah tidak mungkin. Para pendidik di sekolah ini telah mulai “meratakan jalan” menuju cita-citanya. Kenikmatan bermain anak-anak menjadi pusat perhatian sang kepala sekolah dan para guru. Mereka memutar otak dan memeras ide untuk menciptakan suasana belajar penuh kegembiraan dan antusias.

Liga Matematika mengeluarkan potensi terpendam

Dalam mapel matematika, sebuah modifikasi permainan catur direkakan menjadi liga matematika berjenjang. Di liga, para murid bertanding bukan hanya untuk memecahkan persoalan matematika dasar, tetapi juga belajar berstrategi, berpikir kritis dan percaya diri. Muncul fenomena yang tidak terduga. “Pemenang liga matematika ini seringkali adalah murid-murid yang sama sekali tidak menonjol dalam nilai akademis di kelasnya”, demikian aku seorang pendidik. Hal ini mengejutkan bukan hanya bagi murid dan guru, namun juga bagi para orang tua. Tentu saja hal ini membuka semua pandangan, kemungkinan, cara baru dalam menangani potensi si anak. Potensi yang tadinya tidak terlihat dan tergali.

Boardgame untuk mapel agama

Dalam mapel agama, sebuah boardgame di desain sedemikian rupa untuk menghindarkan murid dari tugas menghafal. Pak Ustad yang mengiringi mapel ini berujar, “kami ingin anak-anak tidak terpaksa menghafal, tapi dapat dengan riang belajar melalui sebuah permainan.” Sedemikian rupa desain permainan papan ini, sehingga anak-anak tidak hanya belajar tentang ayat Al-Quran; namun juga tentang filosofi ibadah dan toleransi kehidupan secara mendalam.

Sekolah berbasis bermain, mungkinkah?

“Kami sedang melengkapi semua mapel dengan permainan. Nantinya setiap permainan ini akan dipertandingkan secara bergiliran sepanjang tahun ajaran”. Rasanya ungkapan ini cukup menggambarkan bagaimana asiknya belajar di sekolah ini. Bagaimana anak-anak antusias berangkat ke sekolah setiap pagi dengan kepastian mereka dapat bermain dengan bebas. Mendapatkan dukungan dan bimbingan penuh dari para Ustad dan Ustadzah, pendidik mereka.

Kami dari Ludenara, saat berkunjung ke sekolah ini, merasakan inginnya kami kembali bersekolah di sekolah seperti ini, betapa semangatnya kami akan berangkat ke sekolah setiap pagi.

Sekolah berbasis bermain? Sangat mungkin!