Pandemi tidak harus menjadi halangan buat pendidikan. (Pengalaman Mas Nuno)

Pademi yang kita rasakan sejak awal tahun 2020 mengakibatkan banyak halangan untuk beraktivitas, salah satu nya di dunia pendidikan, tapi siapa sangka ternyata ini memberikan banyak kesempatan dan ada juga yang bisa mengoptimalkan kesempatan ini dengan sangat baik.

Yang sangat mengagumkan bahwa cerita ini datang dari Petungkriyono tempat dimana fasilitas pendidikan sangat minim, dan tidak mudah terjangkau. Iya kita sering kan lihat bagaimana anak sekolah harus melewati berbagai rintangan, seperti hutan, lembah, gunung, sungai, buaya macan, monyet, hanya untuk sekolah.

Yah mungkin Petungkriyono tidak separah itu, tapi ini gambaran betapa susah nya perjuangan mereka untuk mendapatkan hak yang orang-orang kota sering lupa untuk disyukuri. Tempat dimana pendidikan saja pada awalnya merupakan tantangan yang besar, malah menjadi tempat dimana siswa-siswi dan guru bisa mengoptimalkan kebebasan yang didapatkan dari pandemi ini untuk belajar, berjuang, berusaha, dan terus berkembang.

Kita tahu bahwa di daerah dimana infrastruktur masih belum berkembang seperti di Petungkriyono, banyak saudara-saudara kita yang sayangnya belum memiliki teknologi yang memungkinkan mereka untuk mengikuti pembelajaran via online. Karena ini Mas Nuno memutuskan untuk mengunjungi siswa-siswi nya dan mengajak mereka bermain dan belajar bersama.

Di salah satu kunjungan ini Mas Nuno bertemu dengan salah satu muridnya yang bernama Wawan.  Wawan yang biasanya di kelas bisa dianggap biasa-biasa saja, dan seperti banyak murid petungkriyono lainnya semangat belajar di kelas sangat kecil. Namun seperti anak lainnya juga dia mendapatkan pendidikan yang sangat keren dari alam. Dia berhasil membudidayakan lebah , menjual madu dan membantu ayahnya yang sedang butuh biaya perobatan.

Melihat ini Mas Nuno semakin semangat mendorong dia untuk semakin produktif, dengan cara mengajak dia untuk menjadi narasumber budidaya lebah. Hingga saat ini Wawan menjadi sebuah mentor, untuk lima teman lainnya di kampungnya. Dengan mengajarkan mereka cara membudidaya lebah dan menjual madu ini pastinya Wawan bisa menambah keterampilan mereka yang nantinya akan meningkatkan kesejahteraan mereka, dan keluarga mereka.

Sepertinya banyak sekali yang bisa dipelajari dari cerita ini. Pertama kita harus merefleksikan semua investasi yang kita taruh di dunia edukasi formal ini, apakah semuanya bermanfaat? Dan jika ada cara belajar lain untuk anak-anak kita yang lebih produktif dengan investasi yang lebih kecil kenapa tidak?

Seperti contoh Wawan hanya dalam waktu dua bulan dia bisa membatu ayahnya yang sakit dengna membudi dayakan madu, sementara selama masa pelajaran formal dia tidak terlihat bakantya.

Hal lain yang harus kita lihat adalah, apa yang bisa kita lakukan untuk siswa-siswi lain agar bisa seperti Wawan ini. Tentu kebebasan yang didapatkan di luar pendidikan formal tidak akan otomatis menjadi hal yang positif.

Bagi Mas Nuno jawaban yang paling sederhana adalah, ikuti hobi, dan passion. Dengan belajar dan melakukan hal yang mereka sukai mereka akan berupaya dengan 100% tidak kenal waktu, tidak kenal lelah. Seperti Wawan, di saat duduk di bangku sekolah tidak ada tempat untuk mengekspresikan passionnya dia, tapi diluar sana dia bisa belajar sesuai keinginannya dan menjadi orang yang sangat bermanfaat bagi lingkungannya.

Ini lah salah satu alasan kenapa Ludenara berusaha untuk mengoptimalkan bermain sebagai alat belajar yang handal.

Tentunya masih banyak lagi pelajaran yang bisa diambil. Seperti memperhatikan lingkungan dan alam kita dengan baik agar kita bisa mengoptimalkan apa yang ada di sekitar kita dan dijadikan hal yang positif. Kita juga bisa belajar tentang self-mastery, dan kemampuan untuk memunculkan sisi terbaik kita dan bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi lingkungan kita

terkadang kurang tersampaikan atau kurang di explore di dunia pendidikan yang formal, karena pendidikan formal tidak bisa memfasilitasi keunikan setiap anak.

Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang. Bahwa di tahun 2020, tahun yang sekarang sering dijuluki the worst year ever masih banyak orang yang bisa merubah halangan menjadi kesempatan.