Keunggulan Game Based Learning untuk melatih komunikasi.

Image by Ryan McGuire from Pixabay

Setiap media pembelajaran memiliki keunggulan nya masing-masing. Buku sangat efisien dalam menyampaikan informasi, video bisa menunjukkan banyak hal yang mungkin susah untuk dibayangkan dan dipahami. Sementara games adalah sebuah aktivitas interaktif dimana pelajar bisa melakukan hands on learning dan berpartisipasi dalam pembelajaran secara aktif.

Saat bermain games kita harus membuat banyak keputusan, memecahkan banyak masalah, kita lebih termotivasi dan games mensimulasikan situasi-situasi yang harus dipelajari (Steinkuehler, 2012). Karena hal-hal ini lah games sangat efektif dalam mengasah keterampilan-keterampilan yang sering disebut dengan 21st century skills.

Pemahaman ini semakin luas tersebar dalam dunia pendidikan. Dan karena pendidikan juga semakin paham kita tidak lagi bisa sekedar menyampaikan ilmu namun kita sekarang harus bisa mengasah keterampilan.

Kali ini kita akan membahas sebuah keterampilan yang pasti semua orang membutuhkan di bidang apapun yaitu komunikasi. Berikut adalah elemen dan fitur yang menjadikan game sebagai media yang cocok untuk melatih komunikasi.

Gameplay dan Kondisi Optimal

Sederhana nya gameplay adalah hal-hal yang membuat game jadi seru. Spesifik nya cara bagaimana pemain berinteraksi dengan game, dengan pola, peraturan, tantangan, koneksi antar pemain dengan permainan, dan untuk video games audio dan visual.

Gameplay telah terbukti bisa meningkatkan efektivitas pelatihan komunikasi karena hal ini bisa membawa pemain ke dalam kondisi emosional yang optimal untuk belajar (Reinders & Wattana, 2015). Keinginan untuk berkomunikasi dan berpartisipasi meningkat, mereka lebih terbuka untuk menerima masukan dan kegagalan.

Dan tentu tidak perlu menggunakan game yang sudah jadi. Fitur-fitur dalam game seperti tantangan, poin-poin, hadiah, dan sense of progression bisa dimasukan ke dalam proses pembelajaran komunikasi agar mendapatkan kondisi emosional yang sama.

Experiential Learning

Pada dasar kita membutuhkan pengalaman dan kesempatan yang banyak untuk mengasah keterampilan apapun, termasuk komunikasi. Games mendorong pemain untuk bermain lagi dan lagi, dengan ini mereka memiliki banyak kesempatan untuk melatih keterampilan yang dibutuhkan untuk progress di dalam game. 

Jika kita rancang permainan yang membutuhkan komunikasi untuk mendapatkan poin, maju ke tahap selanjutnya, atau menang, tentu mereka akan berkomunikasi lebih banyak lagi (Bodnar & Clark, 2017).

Observation Opportunity

Salah satu hal yang terlihat efektif dalam meningkatkan keterampilan komunikasi adalah modeling. Dimana pelajar bisa melihat contoh-contoh komunikasi yang baik dari orang lain dan mencoba mengimitasi nya (Burleson & Kunkel, 2002).  

Menggunakan games dalam pembelajaran komunikasi memberikan banyak kesempatan bagi setiap orang untuk mengobservasi pemain lain dan berbagai macam cara komunikasi. Apa lagi jika game nya terancang dengan baik, dengan mudah pemain-pemain bisa meliaht pemenang dari permainan ini dan bersama pengajar dengan pemain bisa menganalisa hal-hal baik yang dilakukan oleh sang penemang.

Melihat kesuksesan dari penggunaan game based learning sebagai pelatihan komunikasi bisa membantu kita merancang pelatihan komunikasi meskipun di luar konteks game. Kita bisa memastikan para peserta memiliki kondisi emosional yang baik, memberi mereka banyak kesempatan untuk mencoba berkomunikasi, dan memberi contoh-contoh baik berkomunikasi.

Sumber:

Burleson, B. R., & Kunkel, A. W. (2002). Parental and peer contributions to the emotional support skills of the child: From whom do children learn to express support? Journal of Family Communication, 2, 79–97

Bodnar, C. A., & Clark, R. M. (2017). Can game-based learning enhance engineering communication skills?. IEEE transactions on professional communication, 60(1), 24-41.

Steinkuehler, K. Squire, and S. Barab, Games, Learning, and Society—Learning and Meaning in the Digital Age. New York: Cambridge University Press, 2012, p. xvii.

Reinders, H., & Wattana, S. (2015). Affect and willingness to communicate in digital game-based learning. ReCALL, 27(1), 38-57.