Dampak Video Games terhadap Kesehatan Mental (Part 1, Video Games dan Kekerasan)

Photo by Maxim Hopman on Unsplash

Selain dengan dampak langsung kepada kesehatan fisik, karena kita semua dianjurkan untuk di rumah aja pandemi ini juga memberikan dampak kepada kesehatan mental kita. Untuk sebagian besar orang kondisi mental ini sangat tergantung kepada seberapa banyak waktu bersosialisasi yang didapatkan dan jelas kondisi ekonomi yang. Kedua hal ini lah yang sangat dipengaruhi oleh kewajiban kita untuk di rumah aja.

Karena ini pula WHO meluncurkan kampanye Play Apart Together  dimana mereka mengajarkan publik untuk main Video Games sebagai aktivitas yang bisa mendorong orang untuk di rumah saja sekaligus menjadi aktivitas yang membantu kesehatan mental.

Bahwa WHO mengadvokasikan Video Games cukup mengagetkan ya, karena kita tahu bahwa reputasi hubungan Video Games dengan kesehatan mental sangat negatif akibat banyak nya anak muda yang kecanduan Video Games. 

Ini berdampak sangat buruk kepada kesehatan mental mereka seperti mengakibatkan depresi, kecemasan, emosi negatif, merusak hubungan mereka dengan non-gamers, membuat mereka lupa akan tugas dan tanggung jawab, bahkan banyak penelitian yang menunjukan Video Games yang mengandung kekerasan juga bisa mengakibatkan perilaku kekerasan!

Lalu mengapa WHO sekarang mempromosikan Video Games, apakah dampak-dampak negatif yang sebelum nya dikaitkan dengan Video Games tidak lagi ada? Mari kita lihat penelitian psikologi mengenai ini.

Tapi sebelum itu mungkin banyak yang skeptis akan Ludenara dan bias kita. Jelas kita bias karena kita mempromosikan penting nya bermain karena itu pula kita juga mendorong para pembaca untuk melihat penelitian nya sendiri, dan artikel ini hanya ringkasan singkat.

Hal pertama yang mungkin sangat mengkhawatirkan adalah kaitan kekerasan dengan Video Games yang mengandung kekerasan seperti game tembak-tembakan yang sangat populer di HP. Ternyata penelitian-penelitian lama yang menunjukan Video Games mengakibatkan kekerasan memiliki beberapa masalah dalam penelitian nya, dan setelah ada meta analisis yang meneliti 384 penelitian mengenai kekerasan dan Video Games konklusi bahwa tidak ada hubungan antara kekerasan dan Video Games menjadi sangat jelas (Ferguson, 2007).

Lalu mengapa ada penelitian yang menunjukan bahwa ada hubungan nya. Ternyata Anak-anak yang memiliki kondisi psikologis yang kurang baik semakin mungkin menggunakan Video Games sebagai escapism mereka. Jadi kecanduan Video Games dan perilaku kekerasan yang mereka tunjukan ternyata akibat nya hal yang sama yaitu kondisi psikologikal well being  yang memang kurang baik (Lemmens et al., 2011).

Penelitian ini sangat mencerahkan. Coba kita pahami konteks Anak-anak yang memiliki kondisi psikologikal well being nya kurang baik, kemungkinan kondisi rumah tangga nya kurang baik, Orang tua nya kurang memberikan emotional support, atau mereka mengalami bullying di sekolah, pasti Anak yang memiliki kondisi psikologikal well being yang kurang baik mengalami banyak masalah dalam hidup nya dan mereka menjadi kasar.

Dan jelas mereka harus lari dari kehidupan yang kacau kedalam dunia Video Games di mana mereka bisa merasa diterima, memiliki kompetensi yang tinggi, bisa mendapatkan achievements dan merasa melakukan hal-hal yang bermakna.

Jadi hal yang mengakibatkan Anak melakukan tindakan kekerasan bukan Video Games, tapi lingkungan nya.

Masih banyak lagi yang harus dibahas mengenai hubungan antara Video Games dan kesehatan mental jadi tunggu part 2 nya yaa, terima kasih!

Sumber:

Ferguson, C. J. (2007). The good, the bad and the ugly: A meta-analytic review of positive and negative effects of violent video games. Psychiatric quarterly, 78(4), 309-316.

Jones, Christian M. “Gaming well: links between videogames and flourishing mental health.” vol. 5, 2014, p. 1. frontiers in Psychology , https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3978245/. Accessed 27 02 2021.

Lemmens J., Valkenburg P., Peter J. (2011). Psychosocial causes and consequences of pathological gaming. Comput. Human Behav. 27 144–152 10.1016/j.chb.2010.07.015