Kualitas Hidup Yang Baik (well-being) Menurut Anak-anak

Photo by Guduru Ajay bhargav on Pexel

Sebagai orang tua ataupun pendidik kita pasti menginginkan anak-anak kita memiliki kesejahteraan (well-being) dan, kualitas hidup yang baik dari berbagai macam aspek, seperti bahagia, soleh, sehat, pintar, makmur, dan lain-lain. 

Tapi pernahkah kita menanyakan pendapat mereka mengenai kualitas hidup yang baik itu seperti apa? 

Padahal dalam sebuah riset, UNICEF menemukan bahwa pengukuran well-being secara object yang biasanya dilihat dari kondisi sosial dan ekonomi keluarga tidak menggambarkan well-being internal anak tersebut. Seperti ada anak yang berada dalam kondisi sosial ekonomi yang kurang baik tapi merasa kualitas hidupnya sangat baik, dan juga sebaliknya.

Nah karena itu UNICEF mengadakan riset yang mengumpulkan anak-anak dari Indonesia, United Kingdom, Albania, Bulgaria, Tunisia, Iraq, Jordan, Tanzania, South Africa, Pakistan, dan Taiwan, untuk berdiskusi bersama mereka mengenai apa itu well-being menurut mereka, dan banyak jawaban yang menarik dan sangat dalam lho!

Berikut adalah aspek-aspek well-being menurut anak-anak beserta salah satu quote dari seorang anak:

Ayo sekalian tebak mana quote-quote yang dari anak-anak Indonesia?

1. Kondisi mental dan emosional yang sehat

“Well-being adalah memiliki ketentraman dalam diri sendiri”

Memiliki emosi positif, terhindar dari emosi negatif, jelas menjadi hal penting dalam hidup yang baik. Tapi lebih mendalamnya lagi ada anak-anak yang merasa hal yang lebih penting adalah memiliki kedamaian dan ketentraman dalam diri, memiliki kemampuan mengendalikan pikiran, dan memiliki rasa syukur dalam hidup.

2. Kebebasan

“Kualitas hidup jadi buruk saat kita sering di suruh-suruh” 

Menurut anak-anak mereka akan merasa kualitasnya hidupnya baik jika mereka merasa mandiri, diberi kebebasan mengambil keputusan sendiri, dan bertindak sesuai apa yang menurutnya baik dan sesuai.

3. Aktualisasi Diri

“Well-being adalah mencintai diri sendiri, menjadi diri sendiri, dan percaya pada diri sendiri”

Menurut literatur pendidikan well-being memiliki dua aspek, yaitu menerima dan mencintai diri sendiri serta memiliki tujuan yang bermakna. Anak-anak yang terlibat dalam riset ini sering bercerita seberapa senangnya mereka ketika berhasil mencapai tujuan yang baik, mereka juga bercerita pentingnya memiliki tujuan baik sepanjang hidup. Hal ini juga diseimbangkan dengan expresi mereka mengenai pentingnya menerima dan mencintai diri sendiri.

4. Merasa aman

“Ketika kita tidak perlu khawatir akan keamanan kita dan tidak harus memikirkan tentang bahaya”

Terhindar dari bahaya secara fisik maupun mental tentu merupakan bagian penting dari well-being. Di sisi lain ternyata merasa aman ini bukan lah hidup tanpa resiko. Banyak juga anak-anak yang merasa melakukan hal-hal yang beresiko menambah keasikan dari permainan itu, dan kepuasan saat berhasil menghindari resiko-resiko itu.

5. Memiliki lingkungan sosial yang baik

“Kualitas hidup saya baik saat saya bisa bermain bersama teman-teman”

Secara menyeluruh anak-anak merasa hubungan sosial merupakan faktor yang paling besar untuk well-being. Menyayangi, disayangi, memiliki hubungan baik dengan teman dan keluarga, merupakan hal-hal yang paling sering diasosiasikan dengan kehidupan yang baik.

6. Kondisi fisik dan keuangan yang baik

“Well-being adalah dikasih uang jajan sama orang tua”

Faktor terakhir ini juga mungkin hal yang paling jelas ya, meskipun kekayaan tidak otomatis berarti kebahagiaan kita tetap membutuhkan kondisi material yang mencukupi. Selain itu kondisi fisik juga meskipun kita tetap bisa memiliki hidup yang berkualitas dengan kondisi fisik yang kurang baik, tapi pasti kita akan jauh lebih bahagia jika kita memiliki fisik yang sehat.

Persepsi anak-anak mengenai kualitas hidup yang baik ini cukup menarik ya, dan wawasan mereka mengenai hal ini sangat mengagumkan. Memang orang dewasa juga bisa belajar dari anak-anak yaa.

Sumber:

https://www.unicef-irc.org/ritec