Kita semua tahu bahwa kreativitas (kemampuan untuk menghasilkan ide baru) dan saudaranya inovasi (implementasi dari ide baru) sangat lah berharga. Kedua Hal ini lah yang bisa membuat hidup kita semakin nyaman, mudah, dan indah.
Jika masih ragu dengan penting nya inovasi, mari bersama melihat laporan dari Mckinsey International ini.
Di gravis ini kita bisa lihat bahwa memang inovasi lah yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga kesejahteraan masyarakat pun meningkat secara beriringan.
Kabar baik nya untuk anak-anak kita, kreativitas ini bisa dilatih dan beberapa artikel Ludenara sudah membahas bagaimana bermain bisa meningkatkan kreativitas, khususnya “pretend play”
Lalu bagaimana dengan orang tua, apakah bermain tetap bisa meningkatkan kreativitas?
Sayangnya kami belum menemukan bukti ilmiah yang konklusif, selain pretend play di masa kecil yang menjadi fondasi kreativitas di masa dewasa.
Namun secara teori memang bisa. Kreatifitas ini adalah fungsi otak, dan otak secara organ terus berkembang dan berubah sesuai dengan perilaku kita secara fisik dan mental, ini yang disebut dengan brain plasticity.
Disaat bermain kita mendorong otak kita untuk berpikir kreatif, dengan itu neuron-neuron yang dibutuhkan untuk kreativitas di rangsang, dan jika dilakukan secara rutin jaringan neuron kreativitas ini akan menguat karena terlatih.
Selain bermain ada lagi cara meningkatkan kreativitas kita sebagai orang dewasa. Menurut Investment Theory of Creativity, ada enam hal yang bisa mendukung proses kreativitas.
1. Intellectual Skills
Kreativitas membutuhkan gabungan antara 3 bentuk keterampilan intelektual
Synthetic skill, melihat sebuah permasalahan dengan cara pandang yang baru agar bisa keluar dari cara berpikir konvensional
Analytic skill, kemampuan memilih ide mana yang bermanfaat dan butuh di kembangkan dan mana yang ditinggalkan
Persuasion skill, kemampuan menjual, atau meyakinkan orang lain akan manfaat ide kreatif.
Ketiga keterampilan intelektual ini harus dilakukan secara bersamaan untuk hasil kreatif yang baik.
Menggunakan analytic skill sendiri menghasilkan pemikiran yang kritis tapi tidak memberikan hasil kreatif. Synthetic skill tanpa skill lain menghasilkan ide-ide baru namun belum tentu bermanfaat, dan membutuhkan analisa untuk memperkuat dan memanfaat kan nya. Dan jika kita jago dalam mempersuasi orang, bisa jadi ide kita diterima karena presentasi yang bagus, bukan karena ide nya yang bagus.
2. Knowledge
Ada paradox pengetahuan, di satu sisi kita butuh memiliki pengetahuan di dalam bidang itu untuk mengusulkan suatu ide untuk kemajuan di dalam bidang itu.
Namun terlalu terjebak dalam satu bidang pengetahuan bisa menutup perspektif kita membuat kita terbawa dalam pemikiran konvensional yang melihat suatu permasalahan dari cara yang sama.
Pengetahuan bisa mendorong atau menghambat kreativitas. Untuk berpikir kreatif kita perlu sering mencari pengalaman baru, pengetahuan baru, melihat dari perspektif yang berbeda-beda, agar tidak terjebak dan berpikir dengan cara yang sama dengan setiap orang di bidang itu.
3. Thinking Styles
Gaya berpikir ini sederhana nya adalah preferensi cara berpikir setiap individu.
Menurut teori Robert j. Sternberg ada 3 thinking styles, legislative, executive, dan Judicial.
Sternberg juga sudah melakukan penelitian yang menunjukan bahwa legislative thinking style sangat penting untuk kreatifitas. Anak-anak yang memiliki legislative thinking style bisa menjadi murid yang lebih baik dibanding anak-anak yang bercondong ke thinking style yang lain, jika sekolah dimana mereka belajar menghargai kreativitas. Namun sebalik nya juga benar, bahwa anak-anak yang memiliki legislative thinking style menjadi murid yang kurang berprestasi di sekolah-sekolah yang tidak menghargai kreativitas.
4. Personality
Berikut adalah beberapa kepribadian yang penting untuk mendorong kreativitas; tidak takut tantangan, mengambil resiko yang rasional, kemampuan untuk mentoleransi ambiguitas, dan efikasi diri.
Untuk menjadi kreatif, seseorang harus berani berpendapat, berpikir, dan bekerja dengan cara yang berbeda dari orang lain. Untuk melahirkan karya kreatif seseorang juga harus berani mengambil resiko.
Jangan salah, orang-orang kreatif juga sering gagal ko. Namun mereka menghasilkan banyak sekali karya kreatif sehingga ada beberapa yang sangat bermanfaat dan melesatkan karir mereka.
5. Motivation
Sebuah penelitian oleh Teresa Amabile menunjukan bahwa jarang sekali seseorang bisa menghasilkan karya kreatif jika mereka tidak menyukai bidang pekerjaan yang sedang dikerjakan.
Menyukai pekerjaan ini menghasilkan motivasi intrinsik yang membantu fokus kita saat bekerja. Tipe motivasi ini sangat esensial untuk kreativitas.
Maka peran kita sebagai orang tua atau guru sangat penting untuk membantu anak mengalami berbagai macam bidang studi, seni, teknologi, dan cara pandang secara playful, agar mereka bisa menemukan apa yang mereka sukai dan bisa berkreasi di bidang itu.
Ini mengapa Ludenara sangat mementingkan bermain, karena memang bermain ini berperan sangat besar dalam motivasi intrinsik, dan kreativitas itu sendiri secara langsung.
6. Environment
Setiap orang membutuhkan lingkungan yang suportif akan ide-ide dan karya-karya kreatif.
Pertama lingkungan dimana seseorang bisa mempresentasikan ide dan karya kreatif mereka. Bisa jadi banyak anak-anak yang sebenarnya kreatif tapi tidak memiliki sarana untuk menunjukan kreativitas mereka sehingga tidak terlihat kreatif.
Lingkungan itu juga harus bisa memberi kritikan yang konstruktif. Jika setiap orang yang mendengarkan ide itu bisa mengusulkan apa pun yang bisa membuat ide itu lebih baik tentu hasil nya akan bagus. Namun jika lingkungan nya tidak suka hal baru, bahkan menekan pemikiran atau cara pandang baru, tentu siapapun akan takut menjadi kreatif.
Untuk linkungan belajar yang suportif akan kreatifitas, bisa baca lebih detail nya di artikel ini
Sumber:
Sternberg, R. J. (2006). The nature of creativity. Creativity research journal, 18(1), 87.