Kita semua tau betapa pentingnya pendidikan karakter, dan sepertinya sepanjang sejarah pendidikan, karakter merupakan salah satu hal yang sangat dipedulikan.
Seperti Etika Nicomachean karya Aristoteles yang ditulis sekitar 350 SM, dianggap sebagai salah satu karya paling awal dan paling berpengaruh tentang pendidikan karakter.
Dalam buku ini, Aristoteles mengeksplorasi konsep eudaimonia, yang sering diterjemahkan sebagai “kebahagiaan” atau “berkembang”, dan berpendapat bahwa tujuan akhir kehidupan manusia adalah untuk mencapai keadaan ini.
Untuk mencapai eudaimonia, Aristoteles percaya bahwa seseorang harus memupuk kebajikan, yaitu sifat atau kebiasaan karakter positif yang memungkinkan individu untuk bertindak dengan cara yang diinginkan secara moral dan sosial.
Jelas sejak zaman Aristoteles pendidikan karakter terus berubah, dan berkembang sesuai dengan ilmu pengetahuan manusia mengenai perkembangan karakter.
Dengan pengetahuan kita yang sudah berkembang ini, kita bisa mengkategorikan tiga pendekatan pendidikan karakter yang memiliki landasan teori, dan hasil yang baik (Heidar et al., 2016).
Ketiga pendekatan ini lah yang sepertinya layak untuk direplikasi, dan terus dikembangkan oleh para pendidik yang peduli dengan pendidikan karakter.
Pendekatan Tradisional
Yaitu menciptakan kebiasaan baik dengan pengulangan dan latihan melalui pembelajaran formal dan langsung. Dalam hal ini, tanggung jawab sekolah adalah menentukan tujuan moral, model yang tepat, dan mendorong ciri dan nilai tersebut. Tindakan ini akan meningkatkan pengetahuan siswa-siswi mengenai nilai-nilai yang baik.
Pendekatan Cognitive-developmental
Berbeda dengan pendekatan tradisional yang “berorientasi subjek”, pendekatan ini “berorientasi pada proses”. Dalam pendekatan ini, daripada penekanan langsung pada masalah moral, sekolah berfokus pada pemikiran kritis, pemecahan masalah dan metode kognitif lainnya dalam menghadapi masalah sosial.
Pendekatan Socio-emotional
Pendidikan ini didasarkan pada asumsi bahwa belajar adalah proses sosial dan terkait dengan emosi siswa melalui interaksi dengan oleh guru, orang tua, teman sebaya dan orang dewasa lainnya. Pembelajaran sosial-emosional mencakup upaya pendidik untuk memajukan pendidikan sains, emosional, dan sosial.
Tujuan utama pembelajaran sosial-emosional siswa meliputi:
1) kesadaran diri
2) tanggung jawab untuk pengambilan keputusan
3) keterampilan komunikasi
4) manajemen diri
5) kesadaran sosial
Tentu kita tidak perlu hanya menggunakan satu pendekatan saja, karena setiap pendekatan memiliki kekuatan dan kelemahannya masing-masing.
Lebih baik lagi jika kita bisa mengkombinasikan antara pendekatan-pendekatan ini dan merancang proses belajar yang lebih sesuai dengan peserta didik kita.
Nah kita juga bisa lihat dari pendekatan cognitive-developmental and socio-emotional bahwa banyak konsep-konsep dibaliknya seperti mengutamakan pemikiran kritis, keterampilan komunikasi, keterampilan komunikasi bahwa Game-based learning sangat cocok.
Game-based learning mampu merancang proses pembelajaran yang berbasis pengalaman dimana peserta didik bisa kita ajak melatih keterampilan-keterampilan yang menjadi tujuan utama pendekatan cognitive-developmental dan socio-emotional.
Nah di artikel selanjutnya kita coba bahas lebih detail mengenai ini, mohon ditunggu ya!
Sumber:
Heidari, Mohammad & Nowrozi, Reza Ali & Ahmadpoor, Parvaneh. (2016). Recognition and Applying Character Education Approaches in Schools. Review of European Studies. 8. 125. 10.5539/res.v8n3p125.