Bermain non-digital semakin penting untuk menghadapi dunia yang semakin digital

Photo by: Marvin Meyer on Unsplash

Banyak sekali advokat Game Based Learning (GBL) atau Playful Learning yang mengutamakan penggunaan game-game digital agar anak-anak kita bisa lebih siap menghadapi masa depan mereka yang akan sangat terdigitalisasi.

Tentu hal ini sangat logis, dengan bermain video games kita akan terbiasa menggunakan teknologi digital. Singkat nya digital literasi kita akan meningkat. 

Terus bagaimana dengan permainan-permainan fisik seperti bermain petak umpet di luar rumah atau main board games? Apakah permainan-permainan ini akan hilang relefansi nya di dunia yang semakin digital?

Ternyata sama sekali tidak, justru permainan-permainan yang lebih tradisional ini memiliki banyak sekali manfaat yang juga sangat penting agar anak-anak bisa sukses di masa depan yang digital itu.

Saat bermain kita melatih diri untuk mengenali diri sendiri (Eberle, 2011). Proses-proses yang terjadi dalam permainan mendorong kita untuk mengenali diri. Seperti merasakan spektrum emosi yang luas dan juga mengontrol emosi itu. 

Kita juga memahami diri kita saat berhubungan dengan teman-teman kita, seperti interaksi apa yang kita suka dan tidak, atau bahkan menemukan tipe hubungan dengan orang lain yang baik untuk kita.

Beriman juga membantu self management atau self discipline. Dimana kita meregulasi diri sendiri dari emosi, pikiran, dan perilaku agar kita bisa berhubungan lebih baik dengan teman-teman dan diri kita sendiri.

Hal ini yang sering disebut dengan self-knowledge, atau intrpaersonal intelligence. Lalu kenapa kita harus mengenali diri sendiri agar bisa sukses di dunia digital?

Dunia digital ini memang banyak berkah, namun tidak tanpa harga yang juga mahal. Harga itu sering kali kita bayar dengan kesehatan mental kita. 

Teknologi kita sudah berevolusi jauh lebih pesat dari kita sendiri dan sekarang dengan algoritma dan AI yang sangat canggih medial sosial, mobile games, dan produk digital lain nya sangat pintar dalam menarik dan mengontrol perhatian kita. 

Hal ini lah yang membuat mereka sangat addictive dan gadget/internet addiction ini lah sumber dari banyak sekali penyakit mental yang dialami anak muda sekarang.

Ini mengapa self knowledge atau intrapersonal intelligence sangat penting di dunia digital. Jangan sampai AI dan algoritma mengenal diri kita lebih dari kita mengenali diri sendiri.

Dengan intrapersonal intelligence yang dalam kita bisa mengontrol algoritma bukan dikontrol. Dengan mengenali dan mengendali diri kita bisa memilih konten yang baik untuk kita, dan menghapus history saat kita terpaksa mengkonsumsi konten-konten negatif agar tidak terbaca oleh algoritma nya.

Self-management yang kuat juga penting agar kita bisa membuat kebiasaan dan disiplin yang baik dengan produk-produk digital ini. Sosial media dan mobile games memiliki banyak manfaat, tapi kita hanya bisa memanfaatkan nya jika kita memiliki hubungan yang baik dengan produk-produk ini.

Makanya anak-anak harus main! Tapi jangan main digital terus ya. Bermain “fisik” adalah cara yang baik untuk membangun intrapersonal intelligence

Bermain khususnya role-play sudah memberikan banyak ruang agar intrapersonal intelligence bisa terbangun. Bermain mengembangkan kesadaran diri, kita juga belajar hal-hal seperti mengungkapkan perasaan, berempati, dan mengendalikan emosi (Rogers & Evans, 2006).

Pada dasarnya saat bermain kita juga belajar mengenali dan mengendali diri kita sendiri. Permainan-permainan fisik dan tradisional ini juga bisa di tambahkan protokol GBL untuk memberikan dampak yang lebih tinggi dalam pembentukan intrapersonal intelligence.

Sumber:

Eberle, S. G. (2011). Playing with the Multiple Intelligences: How Play Helps Them Grow. American Journal of Play, 4(1), 19-51.

Rogers, S., & Evans, J. (2006). Playing the game. European Early Childhood Education Research Journal, 14(1), 43-56