Ini mungkin yang bisa disetujui bersama, pertama bahwa semangat belajar memang sangat penting, kedua bahwa masih banyak murid-murid kita yang tidak suka belajar. Untuk mereka belajar itu merupakan tanggung jawab yang berat, dan pelajaran-pelajaran yang seharus nya sangat menarik malah menjadi membosankan untuk mereka.
Di sini kita akan menjelaskan kenapa playful learning sangat penting untuk hasil pembelajaran yang maksimal.
Sebelum kita beranjak kepada playful learning, sebaik nya kita menyetujui apa yang kita maksud dari meningkatkan kualitas pendidikan. Lebih khususnya dimana letak kekurangan atau kelemahan sistem pendidikan kita sekarang yang bisa diperbaiki dengan playful learning.
Setiap orang tentu memiliki prioritas sendiri untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Mungkin ada yang berpendapat bahwa yang paling penting adalah kualitas pendidik, buku, infrastruktur, teknologi, kurikulum, atau lain nya.
Sekarang Ludenara fokus nya dimana?
Di Ludenara sendiri kita memikirkan bahwa ada satu hal yang mungkin lebih penting dari itu semua, yaitu semangat dan motivasi belajar murid. Kita ingin mengubah mindset mereka sehingga belajar menjadi suatu aktivitas yang di nanti-nanti, dimana mereka bisa bersenang-senang sambil menambah ilmu dan keterampilan baru, ini sumber dari semangat semangat belajar yang tidak mudah pudar. Kita ingin mengingatkan mereka bahwa mata-mata pelajaran akademis itu penuh dengan ilmu yang sangat menarik sehingga mereka tidak sabar untuk mempelajari lebih dalam lagi.
Kemampuan menumbuhkan dan memaksimalkan semangat belajar ini lah yang kita percaya sebagai pondasi kualitas pendidikan yang baik. Semangat yang akan terus mendorong mereka untuk belajar meskipun segala fasilitas pendukung kurang memadai, semangat yang akan mendorong kreativitas mereka untuk mencari cara belajar lain, atau bahkan mencari hal lain yang bisa dipelajari. Kita menginginkan semangat belajar ini selalu ada hingga di masa depan anak-anak kita, dengan itu mereka akan terus menerus meningkatkan kualitas individual mereka sepanjang umur nya sebagai life-long playful learner.
Ada pengalaman Mas Nuno yang bisa melihatkan kita bahwa dengan ada semangat dan motivasi, anak-anak sangat sanggup untuk belajar sendiri secara efektif meskipun pandemi Covid-19 sedang marak dan menghalangi proses pembelajaran.
Tidak hanya sekedar belajar, murid Mas Nuno juga bisa menerapkan ilmu yang di pelajari sehingga menjadi beramnfaat bagi teman-teman sekitar nya.
Pemikiran bahwa motivasi sebagai kunci pendidikan yang baik bukan lah pemikiran yang asing, dan memiliki pondasi ilmiah yang kuat. Salah satu contoh nya adalah sebuah penelitian nasional di Amerika menemukan bahwa, motivasi adalah kunci untuk kegigihan dan pembelajaran yang berkelanjutan. Tantangan nya adalah membantu setiap murid mengklarifikasi tujuan nya dan kemudian menemukan, atau menciptakan, pengalaman belajar yang mengarah pada hasil yang diinginkan (Chickering & Kuh, 2005).
Jika kita bisa membuat belajar sebagai aktivitas yang asyik, seru, menyenangkan, membahagiakan, menggembirakan, dan sinonim lain nya, pasti kualitas siswa-siswi kita sebagai pembelajar akan meningkat. Jadi, karena mereka lebih giat belajar mereka akan lebih sering belajar, dan setiap kali mereka belajar akan lebih efektif pasti nya kemungkinan mereka untuk meraih kesuksesan pun akan melambung.
Perjalanan menuju kesuksesan lewat playful learning ini bisa dilihat melalui 4E (Enjoy, Easy, Expert, Earn)
Enjoy → Easy
Ini kunci pertama dari kesuksesan pendidikan anak-anak kita. Jika mereka tidak menikmati pendidikan, dan merasa belajar adalah beban yang berat tentu pendidikan tidak akan memberi hasil yang baik, malah membuat anak-anak stress dan merusak kesehatan mental mereka. Selanjut nya kita harus bertanya, apakah benar enjoyment ini bisa meningkatkan efektifitas belajar?
Kita memang bisa berintrospeksi dari pengalaman sendiri, ketika kita mempelajari apa pun dengan senang hati, pasti lebih cepat kita mempelajarinya, dan kita bisa terus belajar sebanyak apapun yang harus dipelajari, karena kita mendapatkan kebahagiaan dari situ. Tapi untuk lebih pasti, kita juga bisa melihat penelitian di bidang pendidikan. Hasil penelitian sekolah-sekolah Amerika dan Inggris mengusulkan bahwa ketiadaan enjoyment adalah salah satu alasan mendasar mengapa anak-anak gagal mencapai potensi mereka (Goetz et al. 2006; Shernoff et al. 2003). Sebuah analisa mengenai hubungan antara enjoyment dan hasil pembelajaran, menunjukkan bahwa enjoyment menghasilkan flow state, mengurangi kecemasan, dan membuat murid menjadi nyaman, sehingga belajar menjadi lebih mudah (Lumby, 2011).
Easy → Expert
Tentu saat suatu materi pelajaran atau bahkan bidang ilmiah dengan mudah bisa anak-anak pelajari, ditambah dengan semangat belajar anak terus ada pasti dengan sendiri nya dia anak bisa memahami sebuah bidang itu. Ini prinsip dasar mengapa playful learning bisa membantu anak-anak kita.
Playful learning berada di dalam teori pembelajaran constructivism (Rice, 2009) dimana teori ini menjelaskan dengan baik kenapa belajar secara aktif seperti bermain bisa memberikan hasil pembelajaran yang baik. Playful learning tidak hanya membuat pembelajaran menjadi lebih mudah, namun teori ini juga menjelaskan bahwa kita mempelajari sesuai akan lebih dalam, dimana murid tidak hanya secara pasif mengkonsumsi materi, namun secara aktif membangun ilmu atau keterampilan baru.
Teori ini menjelaskan bahwa ilmu terbentuk saat individu merangkai nya dari interpretasi pengalaman yang didapatkan (Gagnon and Collay, 2006). Menurut teori ini kita bisa belajar lebih mendalam karena makna pembelajaran tidak bisa diberi atau diajarkan oleh guru kepada murid, tapi harus dikonstruksikan oleh seorang murid itu sendiri berdasarkan pengalaman yang mereka lewati (Biggs, 1999).
Expert → Earn
Menurut kita playful learning ini lah suatu metode belajar yang bisa meluncurkan anak-anak kita agar mereka menjadi ahli-ahli yang bisa berkontribusi dengan baik kepada masyarakat. Ahli yang kita harapkan sendiri berbeda dari sekedar sukses, kompeten dan mahir pada bidang nya, tapi juga kreatif. Sampai tahap ini pun, playful learning tetap sangat relevan. Dengan playful learning kita mencoba merubah mindset bahwa belajar itu bermain, karena ini bagian besar dari kreativitas. Bermain bisa menjadi pendekatan yang merangsang, mendorong ilmu untuk terangkai dan juga mendorong kreativitas dan imajinasi secara bersamaan (Lieberman, 1977)
Kreativitas dan inovasi sangat dibutuhkan negara kita, selain Indonesia masih sering kalah di dalam persaingan global, kreativitas dan inovasi ini merupakan hal yang sangat bisa mendorong ekonomi Indonesia sehingga kita sebagai rakyat bisa merasakan hasil nya langsung, dan berkembang bersama.
Terlepas dari itu, belajar seperti ini sangat memungkinkan mereka untuk memiliki kualitas lifelong playful learner yang terus meningkatkan kualitas diri nya sebagai individu. Ini lah yang kita inginkan, agar anak-anak kita bisa menjadi expert kreatif yang tidak pernah berhenti berkembang. Semua ini awal nya dari playful learning.
Sumber:
Biggs, J. (1999). Teaching for quality learning at university. Buckingham: Open University Press
Chickering, A. W., & Kuh, G.D. (2005). Promoting student success: Creating conditions so every student can learn.
Lieberman, J. N. (1977). Playfulness: Its relationship to imagination and creativity. New York: Academic Press.
Louis Rice (2009) Playful Learning, Journal for Education in the Built Environment, 4:2, 94-108, DOI: 10.11120/jebe.2009.04020094
Lumby, J. (2011). Enjoyment and learning: Policy and secondary school learners’ experience in England. British Educational Research Journal, 37(2), 247-264.
Gagnon, G. W. & Collay, M. (2006). Constructivist learning design: Key questions for teaching to standards. Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Goetz, T., Nathan C., Hall, B., Anne, C., Frenzel, A., & Pekrun, R. (2006). A hierarchical conceptualization of enjoyment in students. Learning and Instruction, 16, 323-338.
Shernoff, D.J., Csikszentmihalyi, M., Schneider, B., & Shernoff, E.S. (2003). Student engagement in high school classrooms from the perspective of flow theory. School Psychology Quarterly, 18(2), 158-176.
Psychology Quarterly, 18(2), 158-176.