Tipe-tipe bermain, dan perannya dalam perkembangan anak.

Image by Comfreak from Pixabay

Bermain sangatlah penting untuk perkembangan anak. Aktivitas lain yang biasanya kita anggap penting hanya yang membantu anak berkembang secara spesifik, seperti belajar untuk kepintaran, olahraga dan makan makanan yang bergizi untuk pertumbuhan fisik bermain mengembagkan anak secara holistik. Secara kognitif, fisik, emosional, kepandaian bersosialisasi, pengenmbagan karakter yang moral, dan personal development.

Potensi bermain di dunia pendidikan sangat lah luas. Untuk mengeluarkan potensi ini sepenuhnya hal yang harus kita pelajari adalah beberapa tipe bermain dan fungsi nya dalam pendidikan dan perkembangan anak. Bermain sendiri adalah sebuah aktivitas yang mencangkup banyak hal, karena itu telah banyak ilmuwan yang mengklasifikasikan aktivitas ini, dan merincikan manfaat setiap tipe bermain ini. Meskipun setiap tipe permainan memiliki fokus, atau fungsi perkembangan utama, semuanya mendukung aspek fisik, intelektual dan sosial-emosional pertumbuhan. Dari semua bukti yang tersedia, keseimbangan pengalaman masing-masing tipe bermain mungkin bermanfaat bagi perkembangan anak-anak. Berikut adalah lima tipe bermain dan manfaat nya.

Physical Play

Image by Sasin Tipchai from Pixabay

Mungkin ini bisa dibilang tipe bermain paling dasar secara kompleksitas. Tapi bermain yang bisa di masukan klasifikasi ini hanya muncul saat mereka beranjak umur 2 tahun, dan di umur 4-5 tahun tipe bermain ini merupakan 20% dari total perilaku mereka. Berlari, meloncat-loncat, memanjat, berdansa, memainkan segala bentuk bola, lompat tali, merupakan bentuk-bentuk dari tipe ini. Bukti menunjukkan bahwa tipe ini jenis terkait dengan pengembangan seluruh tubuh dan  koordinasi tangan-mata anak-anak, dan penting dalam membangun kekuatan dan daya tahan (Pellegrini and Smith, 1998). 

Rough and tumble play merupakan bentuk permainan fisik yang paling banyak di teliti. Mungkin translasi yang paling mendekati adalah “gelut-gelutan”. Bermain seperti ini mudah dibedakan dari agresi perbedaannya di kenikmatan nyata dari para peserta, dan tampaknya sepenuhnya bermanfaat. Bukti penelitian menunjukkan bahwa itu jelas terkait dengan perkembangan keterampilan dan pemahaman emosional dan sosial. Ini juga berhubungan dengan perkembangan ikatan emosional yang kuat, atau bonding, antara anak-anak dan orang tua, dan kemampuan anak usia sekolah untuk memahami ekspresi emosional (Jarvis, 200).

Object Play

Image by Esi Grünhagen from Pixabay

Tipe bermain seperti ini menyangkut pengembangan eksplorasi anak-anak, sebagai ilmuwan kecil, yang meneliti dunia fisik dan benda-benda yang mereka temukan di dalamnya. Bermain dengan benda dimulai segera setelah bayi dapat menggenggam dan memegang obyek. Perilaku investigasi awal termasuk menggigit, melihat, menggosok / membelai, memukul dan menjatuhkan. Ini mungkin digambarkan sebagai permainan ‘sensori-motor’ ketika anak mengeksplorasi bagaimana benda dan bahan terasa dan berperilaku. Dari sekitar 18-24 bulan balita mulai menata benda-benda, yang lambat laun berkembang dalam memilah dan mengklasifikasikan kegiatan. Pada usia empat tahun, perilaku membangun dan membuat muncul. 

Tipe Ini relatif banyak diteliti, karena secara khusus terkait dengan pengembangan keterampilan berpikir, bernalar dan problem solving. Saat bermain dengan benda, anak-anak menetapkan tujuan dan tantangan, dan mengembangkan repertoar kognitif dan keterampilan dan strategi fisik (Whitebread, 2012).

Symbolic Play

Image by S. Hermann & F. Richter from Pixabay

Manusia dilengkapi secara unik untuk menggunakan berbagai macam sistem simbolik termasuk bahasa lisan, membaca dan menulis, angka, berbagai visual media (melukis, menggambar, kolase) musik dan sebagainya. Tidak mengherankan, selama lima tahun pertama kehidupan, anak-anak mulai menguasai sistem ini, Jenis permainan ini mendukung mereka untuk mengembangkan kemampuan teknis, mengekspresikan dan merefleksikan pengalaman, ide dan emosi. 

Bermain dengan bahasa dimulai sejak dini dalam kehidupan, dari  anak-anak di bawah usia satu tahun. Bermain dengan suara, dan, saat mereka bertambah tua, khususnya bermain dengan nada bahasa atau kata-kata yang mereka dengar di sekitar mereka. Permainan ini adalah proses yang sangat aktif dan dengan cepat berkembang menjadi mengarang kata-kata baru, bermain dengan sajak, dan akhirnya anak-anak akan bermain dengan kata-kata dan lelucon lain dengan bahasa. Penelitian yang luas sudah jelas menetapkan bahwa jenis permainan ini adalah dukungan kuat untuk mengembangkan kemampuan bahasa dan, yang terpenting, berdampak pada kemudahan anak-anak kecil mengembangkan keterampilan literasi dini (Christie dan Roskos, 2006). Dengan menempatkan dasar berhitung dalam konteks kehidupan nyata yang bermakna, permainan yang melibatkan penghitungan dan dasar operasi matematika lainnya juga mendukung kemampuan anak-anak untuk terlibat dengan matematika secara formal (Whitebread, 2000; Carruthers dan Worthington, 2006).

Socio-dramatic Play

Photo by ARIFKI RAHMADHANI on Unsplash

Banyak sekali bentuk dari permainan ini, tapi secara general anak-anak berpura-pura memainkan sebuah orang (biasanya dewasa) dan meniru perilaku mereka. Seperti anak-anak bermain polisi-polisian, atau jadi ibu rumah tangga (role-play).

Banyak studi yang telah melaporkan dampak pengalaman role-playing pada keterampilan naratif dalam lima hingga tujuh tahun (Whitebread dan Jameson, 2010), bermain kepura-puraan tentang penalaran deduktif dan sosial kompetensi, dan permainan sosio-dramatic (role-play) meningkatkan self-control di kalangan anak muda apalagi di anak-anak yang cenderung sangat impulsif.

Selama bermain sosiodramatik, khususnya, anak-anak diwajibkan untuk mengikuti aturan sosial yang mengatur karakter yang mereka mainkan. Berk, (2006) dan rekan melaporkan sejumlah studi dengan anak-anak berusia 3 – 4 tahun menunjukkan hubungan yang jelas antara kerumitan permainan sosio-dramatis dan peningkatan dalam tanggung jawab sosial.

Games

Image by Jan Vašek from Pixabay

Anak-anak kecil sangat termotivasi untuk memahami dunia mereka dan, sebagai bagian dari ini, mereka sangat tertarik pada aturan. Akibatnya, sejak usia sangat muda, mereka menikmati permainan dengan aturan, dan sering membuat sendiri. 

Koleksi permainan anak-anak Opie dan Opie (1959 ) dan cerita rakyat adalah bukti kecintaan anak-anak terhadap permainan dengan aturan. Ini termasuk permainan fisik seperti kejar-kejaran, petak umpet, benteng-bentengan, dan banyak permain tradisional lainnya. Anak-anak yang lebih dewasa, lebih banyak menyukai permainan intelektual seperti boardgames dan bermain kartu, video games, dan seluruh aneka ragam kegiatan olahraga.

Selain membantu anak-anak mengelai dan mengikuti peraturan, peran bermain games dalam perkembangan anak yang utama adalah bersosialisasi dengan baik dan benar. Saat bermain game dengan teman, saudara, dan orang tua mereka, anak-anak kecil belajar berbagai keterampilan sosial yang terkait dengan berbagi, bergiliran, memahami perspektif orang lain dan seterusnya (DeVries, 2006).

Sumber:

Whitebread, D., Basilio, M., O’sullivan, L., & Zachariou, A. (2019). The Importance of Play, Oral Language and Self-Regulation in Children’s Development and Learning: Implications for Quality in Early Childhood Education. The SAGE Handbook of Developmental Psychology and Early Childhood Education, 554-569. doi:10.4135/9781526470393.n32