Cara Medesain Game Sederhana Bersama Sang Anak

Photo by Maria Georgieva from Pexels

Menurut survei World Economic Forum, Analytical Thinking dan Inovasi merupakan keterampilan yang dianggap paling penting pada masa depan. Sayangnya keterampilan ini sangat kompleks, dan seperti yang dibahas di artikel Ludenara sebelumnya, sepertinya Game Based Learning sederhana tidak cukup untuk mengajarkan keterampilan ini.

Untungnya ada cara yang mudah untuk orang tua atau guru bisa menghadirkan situasi di mana anak-anak harus melatih analytical thinking dan inovasi tetapi dengan cara yang menyenangkan. Yaitu mendesain game!

Berikut adalah cara mendesain game papan/kartu sederhana, bahan dasarnya kita bisa menggunakan kertas, atau cardboard, dengan pensil atau krayon berwarna dengan melakukanya bersama anak, pasti  aktifitas ini akan menjadi pengalaman bersama yang bermakna.

Pertama kita pahami dahulu game, game adalah sebuah medium yang menghadirkan

  • Roles – peran apa saja yang ada dalam game yang bisa dimainkan oleh pemain
  • Rules – keputusan, jalur, cara, strategi apa saja yang harus dipilih sesuai dengan perannya
  • Results – konsekuensi dari segala keputusan, jalur, cara dan strategi

Sekarang kita pahami elemen-elemen game, setiap game memiliki 4 elemen utama ini

  • Story – sebuah narasi yang menceritakan dunia game secara menyeluruh
  • Gameplay – mekanik-mekanik game atau cara main apa saja yang hadir
  • Technology – untuk board game berarti hanya papan, bidak, dan kartu
  • Objective – tujuan akhir dari game itu sendiri

Nah setelah memahami elemen game ini, untuk belajar mendesain game hal yang paling mudah untuk dilakukan adalah memainkan sebanyak-banyaknya game dan pelajari setiap elemennya. Lalu kita coba ambil contoh 1 game yang kita pahami dan kita coba modifikasi,

Contohnya kita bisa modifikasi Ular Tangga, menjadi game yang memberi makna edukasi lebih banyak. Storynya kita bisa ubah menjadi petualangan mendaki gunung, lalu Gameplaynya kita buah, bukan melempar dadu, tetapi kita harus melempar 2 dadu lalu mengambil kartu yang akan memutuskan apakah kita harus mengurangi atau menambah kedua dadu itu. Setelah dijumlah atau dikurangi baru pemain bisa melangkah. Lalu setiap bertemu ular, pemain bisa melempar dadu dan jika jumlahnya sesuai dengan panjang ular, mereka tidak merosot kembali.

Tampa memodifikasi teknologi dan objective pun kita sudah menghadirkan game yang “baru” sebuah petualangan mendaki gunung penuh rintangan.

Nah setelah sudah terbiasa memodifikasi game, kita bisa coba melakukan game desain sprint, yang terdiri dari 3 fase

  1. Research –  kita memutuskan dasar-dasar game seperti targetnya apa, tujuannya apa dan ada batasan apa saja
  2. Concepting – secara detail kita rincikan gameplay dan mekanik apa saja yang ingin kita hadirkan, cerita gamenya apa, dan kita dokumentasikan dengan baik
  3. Prototyping – kita coba buat gamenya dengan pensil di atas kertas lalu coba mainkan, disini kita dengan mudah bisa mengganti mekanik, gameplay, peraturan, atau cerita hingga menemukan yang paling sesuai

Nah dengan proses ini anak-anak kita tanpa sadar akan melatih dan menerapkan keterampilan analytical thinking dan inovasi sederhana, selain itu pasti juga banyak proses pembelajaran yang bermakna akan terjadi saat mereka mendesain game, selamat mencoba, dan have fun!