Pendidikan harus bisa menyiapkan anak-anak untuk masa depan namun kita juga makin sadar betapa sulitnya memprediksi masa depan, lalu bagaimana bisa kita siapkan anak-anak untuk masa depan yang kita sendiri sebagai pendidik tidak tahu masa depan seperti apa. World Economic Forum (WEF) menemukan bahwa active learning dan learning strategies merupakan keterampilan yang sangat penting untuk masa depan, dan sepertinya game bisa memberi jalan untuk mempelajari ini.
Mungkin karena ini dalam laporan WEF Future of Jobs mereka menemukan bahwa banyak sekali perusahaan yang mementingkan keterampilan self-management yaitu active learning dan learning strategies.
Karena dengan banyaknya disrupsi dan perubahan di dunia pekerjaan hal yang dibutuhkan adalah kemampuan untuk mempelajari keterampilan atau ilmu baru dengan cepat dan efektif. Dalam laporan yang sama mereka menjelaskan bahwa di tahun 2025 40% karyawan butuh pelatihan ulang setiap 6 bulan untuk tetap bisa berkontribusi dalam perusahaannya.
Kondisi yang terus berubah ini memaksa kita juga untuk mengubah pemikiran kita tentang proses pembelajaran itu sendiri. Menurut Dr Richard Claydon co-founder EQLab proses pembelajaran tidak lagi bisa bergantung kepada satu expert yang bisa menurunkan ilmunya kepada pelajar.
Namun seorang pendidik harus bisa menciptakan lingkungan di mana pembelajaran bisa terjadi dengan baik dan juga ikut serta dalam proses pembelajaran itu sendiri sebagai peserta, ini lah active learning dan learning strategies.
Ludenara tidak hanya sepakat dengan pemikiran ini, tetapi cara ini pun yang kita coba bantu guru untuk terapkan dengan menggunakan metode Game Based Learning.
Cara Game Based Learning Mendorong Proses Active Learning
Game Based Learning dengan efektif mendorong proses active learning, di mana informasi atau pembelajaran tidak dituangkan kepada pelajar, namun dalam proses bermain pelajar akan melatih keterampilan mereka, sertia mendapatkan ilmu dari eksplorasi dan pengalaman bermain mereka.
Guru sendiri tidak lagi harus menjadi yang expert dalam bidangnya dan harus bisa mengajarkan semua fenomena yang siswa-siswi harus pelajari. Tetapi guru memfasilitasi proses bermain agar siswa-siswi bisa secara aktif menemukan ilmu-ilmu pengetahuan dari pengalaman ini. Guru pun akan ikut belajar dari pengalaman ini lalu mendiskusikan dengan siswa-siswinya kesimpulan-kesimpulan yang mungkin siswa-siswi tidak sadar bahwa mereka mempelajari hal-hal itu.
Dengan melihat bermain game sebagai proses belajar seperti ini pembelajaran bukan lagi satu pihak, di mana guru menurunkan ilmunya kepada siswa-siswi, dan mereka hanya belajar secara pasif. Pembelajaran bisa menjadi tempat di mana guru dan siswa sama-sama mempelajari banyak hal, sekali lagi hal inilah mengapa active learning dan learning strategies sangat diperlukan.
Saatnya Mendorong Siswa-siswi Untuk Belajar Dari Game
Mempelajari bahwa pada masa depan semakin banyak kebutuhan untuk ini, sepertinya sekarang setiap siswa-siswi bisa mulai belajar menjadi fasilitator Game Based Learning, di mana mereka bisa belajar bersama teman-temannya secara aktif. Ini akan membantu siswa-siswi menjalin hubungan yang lebih positif terhadap proses belajar, mereka akan paham bahwa belajar adalah proses yang menyenangkan, dan termotivasi untuk terus belajar dan bisa mengikuti bahkan mungkin membentuk masa depan yang terus berubah ini.
Untuk informasi lebih lanjut cara menerapkan Game Based Learning di rumah maupun sekolah bisa pelajari di artikel Ludenara.org berjudul “Cara Membuat Semua Game Menjadi Edukatif!”. Nah mungkin sekarang saat mempelajari artikel ini kita juga bisa dorong anak-anak kita untuk menjadi fasilitatornya agar merea bisa membentuk kemampuan belajar yang efektif dan baik, yang sekali lagi akan sangat dibutuhkan pada masa depan.
Sumber:
World Economic Forum. (2020, October). Future of Jobs 202