Main games Esports melatih Anak-anak untuk mengelola stress

Kemampuan untuk meregulasi emosi adalah salah satu kapasitas yang sangat dibutuhkan oleh siapapun, bahkan riset yang meneliti kinerja di dunia kerja menunjukan bahwa “ EI (Emotional Intelligence) adalah predictor terbesar dari kinerja dan pendorong terkuat untuk kemampuan memimpin dan keunggulan pribadi” (Bradberry & Greaves, 2009).

Bahkan pendapatan pun sangat berhubungan dengan EI, ada sebuah studi yang mengetes EI mahasiswa dan melihat karir mereka selama 10 setelah itu menunjukan bahwa mahasiswa yang memiliki EI yang tinggi secara konsisten memiliki pendapatan yang lebih tinggi di semua industri (Rode et al., 2017).

Ristet terbaru mengenai Esport dari Queensland University

Queensland University Australia mengadakan riset mengenai stress dan mental toughness pada atlet Esport. Lebih dari 300 atlet Esport mengikuti riset, mereka juga merupakan pemain-pemain yang menduduki peringkat 40% terbaik di 5 games Esport terpopuler; DotA 2, League of Legends, Counter Strike, Overwatch, dan Rainbow Six: Siege. 

Para pemain Esport ini menjalankan berbagai macam tes yang melihat kemampuan mereka mengelola stress, tingkat mental toughness mereka. Hasil dari riset ini menunjukan bahwa pemain-pemain ini mengalami tingkat stress yang rendah saat mereka menghadapi situasi yang diluar kontrol mereka (Poulus et al., 2020).

Esport mengajarkan Anak cara mengatasi stress

Dalam riset nya para peneliti menemukan bahwa pemain dengan lihai melakukan framing dimana mereka melihat situasi yang penuh stress sebagai ancaman tapi juga sebuah tantangan, perspektif ini yang membantu mereka mengatai stress.

Saat bermain secara kompetitif, banyak faktor yang diluar kontrol seorang pemain, seperti pemain lawan dan pemain dalam tim sendiri. Meskipun hal ini bisa memunculkan stress kemampuan untuk menerima bahwa faktor ini ada diluar kendali pemain berasosiasi dengan performa main yang lebih tinggi.

Di tanggal 5 Mei yang lalu majalan EdTech melakukan interview dengan seorang pelatih

Esport, Zack Gilbert di sebuah SMA di Illinois A.S. Zack juga menjabat sebagai guru yang mengajar ilmu sosial. Menurut Zack selama pandemi ini dia melihat sendiri bahwa games adalah media yang sangat efektif untuk membantu Anak menghadapi stress, game ini dapat mencegah mereka memiliki pemikiran-pemikiran negatif mengenai situasi mereka. 

Dalam artikel yang sama majalah ini juga meliput interview mereka dengan Ryan Botting, seorang Guru yang juga menjabat sebagai pelatih Esport dan juga tim gulat sekolah nya.

Ryan menemukan sedikit perbedaan yang menarik diantaranya, menurut nya saat mengalami kekalahan saat bergulat Anak-anak merasakan kekalahan sedikit terlalu personal, sementara dalam Esport Anak-anak tetap merasakan emosi-emosi itu dan tetap bisa belajar menangani kekalahan, menurut nya ini adalah bagian yang paling penting dalam sebuah sport.

Menurut Botting, sports membantu Anak-anak tumbuh secara sosial dan emosional dan sebagai pemimpin. Dan bermain adalah hal yang memang Anak-anak sudah pandai lakukan, dalam Esport kita bisa memaksimalkan hal ini dan membantu Anak membangun keterampilan-keterampilan yang penting. 

Dalam artikel ini majalan EdTech juga mengutip berbagai macam penelitian yang mengusulkan bahwa Anak-anak dari SD atau SMP bisa belajar banyak hal mengenai regulasi emosi dan stress, bahkan banyak yang menyarankan sekolah-sekolah untuk mengadakan pelatihan Esport untuk Anak-anak yang didukung dengan baik oleh staf sekolah. 

Memang benar, kemampuan-kemampuan yang sangat penting untuk membangun Emotional Intelligence ini bisa dipelajari sama dengan saat manusia belajar melakukan berbagai macam hal seperti membaca peta, mengendarai mobil, atau menendang bola hingga GOAL!!!

Nah ayo bikin Esport di sekolah yuk! Latihan Esport aja sekarang ada startup nya!

Sumber:

Bradberry, T., & Greaves, J. (2009). Emotional intelligence 2.0. San Diego, CA: TalentSmart

Poulus, D., Coulter, T. J., Trotter, M. G., & Polman, R. (2020). Stress and coping in esports and the influence of mental toughness. Frontiers in psychology, 11, 628.

Rode, J. C., Arthaud-Day, M., Ramaswami, A., & Howes, S. (2017). A time-lagged study of emotional intelligence and salary. Journal of Vocational Behavior, 101, 77-89.