Dalam tingkat individu pendidikan adalah sarana di mana setiap anak yang terlibat berkesempatan untuk meraih potensinya dan mencapai kesuksesan, di tingkat masyarakat yang luas, pendidikan memberikan kesempatan bagi setiap bangsa untuk terus berkembang.
Namun banyak sekali tantangan sistem pendidikan kita belum bisa lampaui, seperti menyiapkan anak-anak kita untuk masa depan yang dinamis, di mana dibutuhkan keterampilan dan ilmu terus berubah.
Menurut kami di Ludenara salah satu tantangan yang paling penting adalah bagaimana kita bisa membuat anak-anak senang sekolah, senang belajar. Yang banyak terjadi malah sebaliknya, kita sering dengar cerita anak-anak stres saat belajar, apalagi saat pandemi.
Jika kita bisa membuat anak-anak senang belajar, mereka akan terus terdorong untuk belajar dengan sendirinya. Ini lah satu-satunya cara kita bisa menyiapkan mereka untuk masa depan di mana mereka harus terus belajar untuk mengikuti zaman, atau bahkan membentuknya, yaitu terusmenerus belajar.
Menurut kami cara paling sederhana, dan mudah agar anak-anak kita bisa memiliki hubungan yang sehat dengan belajar adalah Playful Learning dan berbagai macam bentuknya. Kerennya, Playful Learning bukan hanya membuat anak-anak senang belajar, tetapi ternyata ini adalah cara yang sangat baik untuk anak-anak bisa memahami sebuah konsep pembelajaran secara mendalam dengan mudah, serta membentuk keterampilan-keterampilan penting lainnya.
Di tahun 2017, LEGO Foundation mengumpulkan sekelompok peneliti untuk mengumpulkan dan mengulas semua bukti-bukti manfaat dari Playful Learning, secara bagaimana, di artikel ini kita akan bahas beberapa makna yang penting dari penelitian ini.
Bermain di Usia Dini
Untuk bayi, interaksi positif seperti bermain sama pentingnya dengan nutrisi yang sehat dan lingkungan yang tidak berpolusi demi perkembangan yang optimal (CDC at Harvard University, 2016).
Ini karena dari sejak lahir, otak bayi akan berkembang dengan pesat saat kesehariannya kaya dengan interaksi dan stimulasi dari keluarganya, ya ini saat kita bermain sederhana dengan bayi, seperti ciluk-ba, membuat suara-suara lucu, muka-muka yang aneh, dan segala macam “permainan” dengan bayi. Permainan seperti ini bukan hanya membantu tumbuhnya otak, tetapi juga menjadi dasar dari perkembangan sosial-emosional yang baik.
Menghubungkan Bermain Dengan Pembelajaran
Dari umur 3-5 tahun, anak-anak membutuhkan bermain untuk mengembangkan keterampilan berkomunikasi, secara bahasa, dan juga secara non-verbal, dan secara menyeluruh keterampilan sosial mereka terbentuk dari bermain bersama teman dan keluarga.
Di sisi lain keterampilan kognitif mereka juga terbentuk dengan pesat dalam konteks bermain. Melalui bermain dan eksplorasi mereka belajar memahami lingkungan sekitarnya, serta mengembangkan imajinasi, dan kreativitas (Kaul et al., 2014).
Saat memasuki pendidikan formal, sering kita fokus menghadirkan konten pembelajaran untuk mereka pahami. Namun konten hanya bermanfaat saat mereka bisa mengaplikasikannya sera membangun ilmu baru diatasnya.
Karena itu anak-anak membutuhkan pemahaman konseptual yang dalam sehingga mereka dapat menghubungkan konsep dengan keterampilan, mengaplikasi pengetahuan mereka dalam situasi yang berbeda-beda dan merancang ide baru. Playful Learning akan meningkatkan keterlibatan anak-anak hingga mereka bisa memahami sebuah konsep dengan dalam (Zosh et al., 2017).
Bermain dan Lifelong Learning
Hal yang sangat menantang bagi sistem pendidikan adalah beradaptasi dengan cepat setiap adanya perubahan, dan seperti yang kita bisa lihat perubahan terjadi makin banyak.
Mungkin sebuah sistem akan kesulitan beradaptasi secepat itu, namun untuk setiap anak tantangannya lebih ringan, jika setiap anak itu memiliki semangat belajar yang baik dan bisa terus belajar hal baru agar tetap relevan di zaman yang terus berubah.
Peneliti Golinkoff dan Hirsh-Pasek (2016) menyampaikan bahwa untuk menjadi lifelong learner, anak-anak harus bahagia, sehat, berpikir, memiliki empati, dan kemampuan sosial untuk berkolaborasi, berkreasi, memiliki kompetensi yang tinggi, dan bertanggung jawab. Untuk mengembangkan semua hal ini, bermain lah sarana yang paling utama.
Nah setelah memahami pentingnya bermain dan belajar yang menyenangkan demi pendidikan anak, kita mungkin ingin menanyakan, bermain seperti apa yang baik? Nah untuk itu kita akan bahas di artikel selanjutnya, mohon ditunggu ya, terima kasih!
Sumber:
Center on the Developing Child at Harvard University (2011). Building the Brain’s “Air Traffic Control” System: How Early Experiences Shape the Development of Executive Function: Working Paper No. 11.
Kaul, V., Bhattacharjea, S., Chaudhary, A. B., Ramanujan, P., Banerji, M., & Nanda, M., The India Early Childhood Education Impact Study, UNICEF, New Delhi, 2017; Rao, Nirmala, et al. “Effectiveness of early childhood interventions in promoting cognitive development in developing countries: A systematic review and meta-analysis.” HK J Paediatr (new series) 22.1 (2017): 14-25; Jung, Haeil, and Amer Hasan. The Impact of Early Childhood Education on Early Achievement Gaps: Evidence from the Indonesia early childhood education and development (ECED) project. The World Bank, 2014.
Zosh, J. M., Hopkins, E. J., Jensen, H., Liu, C., Neale, D., Hirsh-Pasek, K., Solis, S. L., & Whitebread, D. (2017). Learning through play: a review of the evidence (white paper). The LEGO Foundation, DK.