Banyak yang tahu bahwa kemampuan belajar anak kecil lebih besar dari pada orang dewasa.
Salah satu penjelasan terbaik datang dari ilmu neurology iaitu brain plasticity. Brain plasticity, adalah kemampuan otak untuk melakukan perubahan struktural dan membuat neuro pathways yang baru. Dari struktur otak atau yang berubah kita bisa mempelajari ilmu dan keterampilan baru, mengingat hal-hal baru, otak dapat menyebabkan kerusakan, dan hal lain yang berkaitan dengan fungsi otak.
Sebelum penelitian-penelitian neurologis di abad 20 kita mengira brain plasticity ini hanya ada di otak yang masih berkembang (di anak muda, balita dan anak kecil). Namun ternyata telah banyak penelitian sejak pertengahan abad 20 yang menemukan bahwa otak orang dewasa masih memiliki plastisitas.
Nah kabar baiknya brain plasticity ini bisa dilatih, hingga meningkatkan kemampuan orang dewasa untuk belajar!
Selama ini metode-metode populer yang disarankan untuk meningkatkan brain plasticity bisa diterapkan dengan mudah. Termasuk olahraga, khususnya aerobic yang membuat banyak oxygen masuk ke otak (Tarumi T, Zhang R January 2014) . Mindfulness (Lazar SW, et al. November 2005) dan Zen (Pagnoni G, Cekic M October 2007) meditation juga terlihat banyak manfaat untuk otak salah satunya adalah brain plasticity. Tentunya memainkan alat musik juga sangat baik juga (Hyde KL, et al. March 2009). Nah di daftar ini sekaran bisa di tambah “Main Action Games!”
Kalo di pikir-pikir semua solusi ini termasuk bermain, olahraga itu bermain seperti basket atau bola, mindfulness meditation bisa sambil main, main musik itu main, dan main games! Ini lah kenapa kita harus lebih main-main, hahaha. (ini lah bias Ludenara)
Iya ternyata action games sangat baik untuk brain plasticity, dokumen dari The Annual Review of Neuroscience tahun 2012 telah mendetail kan beberapa manfaat bermain action games untuk struktur otak yang memberikan dampak baik jangka panjang untuk orang dewasa.
Salah satu pelatihan untuk menambahkan barin plasticity telah di uji dengan kemampuan mental rotation. Di pelatihan ini para peserta memainkan action games selama 2 minggu dengan total jam bermain 10 jam. Lalu setelah di uji mereka bisa melakukan mental rotation lebih baik, dan efeknya jangka panjang.
Task switching, kemampuan untuk mengganti-ganti tugas-tugas kognitif juga salah satu ukuran brain plasticity. Sama seperti bermain Rise of Nation, bermain action games ternyata melatih otak kita untuk melakukan task switching dengan lebih baik. Penelitian yang membandingkan Action Game Player (AVG) dengan Non-action Video Game players (NVGP) telah menunjukan AVG lebih handal dalam tugas ini.
Real time decision juga membutuhkan brain plasticity, ketika kita harus membuat keputusan dengan jangka waktu yang pendek juga ternyata terlatih dengan bermain action game dan real times strategy game. Penelitian yang membandingkan AVG dan NVGP ini menunjukan bahwa AVG bisa mengakumulasi informasi 20% lebih banyak dari NVGP akumulasi informasi ini lah yang membuat decision making lebih mudah.
Dokumen ini mendetailkan banyak hal lain yang menunjukan brain plasticity menambah saat memainkan action video game, termasuk; reaction time, speed accuracy, vision, attention dan banyak lagi. Tentunya article ini akan terlalu panjang jika dibahas satu per satu, dan Ludenara sangat merekomendasikan dokumen ini dipelajari karena memiliki banyak informasi yang menarik, ini link untuk download dokumen ini.
References:
Tarumi T, Zhang R (January 2014). “Cerebral hemodynamics of the aging brain: risk of Alzheimer disease and benefit of aerobic exercise”. Frontiers in Physiology. 5: 6. doi:10.3389/fphys.2014.00006
Lazar SW, Kerr CE, Wasserman RH, Gray JR, Greve DN, Treadway MT, et al. (November 2005). “Meditation experience is associated with increased cortical thickness”. NeuroReport. 16 (17): 1893–7. doi:10.1097/01.wnr.0000186598.66243.19.
Daphne Bavelier, C. Shawn Green, Alexandre Pouget, Paul Schrater. “Brain Plasticity Through the Life Span: Learning to Learn and Action Video Games Annual Review of Neuroscience” 2012 35:1, 391-416