Lego’s £4m For Play Research and Campaign!

Lego’s £4m For Play Research and Campaign!

 

Lego foundation telah memberi grant kepada University of Cambridge untuk membantu penelitian di dunia edukasi. Kebijakan ini sangat lah pantas dilakukan oleh dua pihak yang memiliki visi yang sama ini.

 

Kepala dari Lego Foundation menunjukan sesuatu yang sangat penting! Hal yang juga telah di support oleh penelitian, dan edukator-edukator mancanegara lainnya seperti Professor Ken Robinson. Bahwa perkembangan edukasi anak malah terhambat dengan sistem edukasi yang terlalu “mendoktrin.”

 

Selain itu Rasmussen menyatakan bahwa karena orang tua dan guru-guru kurang paham akan nilai dari bermain, maka playtime anak-anak tidak menjadi prioritas. Sehingga kemampuan anak-anak untuk mengembangkan kreativitas, problem-solving, self learning, dan empati berkurang.

 

Di pihak penerima grant nya, Cambridge memiliki Center of Research on play in Education, Development & Learning (PEDAL) dimana misi mereka adalah melakukan penelitian mengenai peran bermain terhadap perkembangan anak.

 

Tentunya uang sebanyak ini akan dimanfaatkan dengan sangat efektif oleh University of Cambridge, kenyataannya Universitas ini telah mempekerjakan Lego Professor of Play!

Iya.. Professor Ramchandani dan team nya bekerja keras di Cambridge khusus untuk meneliti tentang bermain.

 

Tujuan dari kerjasama ini adalah menemukan nilai-nilai edukatif dari bermain, mereka ingin tahu bagaimana ketangkasan-ketangkasan yang dibutuhkan untuk orang dewasa bisa di kembangkan dari bermain.

Dengan mengidentifikasi apa yang bekerja, dan bagaimana cara mengukurnya, tentunya kita semua akan mendapatkan manfaat dari kerjasama yang luar biasa ini!

Game Schooling The Festivals, 11 Juli

Game Schooling The Festivals, 11 Juli

 

Day-2 Game School Festivals

 

Pembukaan-Briefing

  1. Ibu Augy memberi pembukaan dengan Ice breaking kecil sehingga suasana menjadi cair
  2. Briefing, Ibu Augy menjelaskan secara garis besar mengenai beragam budaya-budaya Indonesia serta board game Festival sebagai game yang mengeksplorasi festival-festival yang dilaksanakan di setiap budaya.

   

Playing

Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok dengan Ibu Augy dan Ibu Novie menjadi fasilitator setiap kelompok. Masing-masing fasilitator melajutan dan menambahkan narasi mengenai Festivals, anak-anak dijelaskan bahwa mereka berperan sebagai seorang penjelajah yang ingin belajar tentang semua budaya Indonesia.

Dengan cepat anak-anak menangkap peraturan dan langsung asik bermain.

Berikut adalah beberapa keterampilan yang muncul dan di latih oleh murid-murid game schooling

1. Cultural Literacy 

Game ini menunjukan betapa luasnya Indonesia, dan lebih kerennya lagi betapa banyak nya ragam budaya. Setiap festival juga menunjukan bahwa kita memiliki beragam kepercayaan, tradisi, dan cara hidup. Dari sini murid melihat meskipun kita sangat berbeda, namun kita semua bisa hidup dengan damai dan saling bekerja sama untuk meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia.

2. Character Qualities.

Game ini sangat sering mengasah adaptability, dengan tujuan mencapai sebuah festival pertama (untuk mendapatkan nilai tertinggi) seringkali murid harus merubah jalur pernerbangan mereka saat mereka gagal memprediksi jalur lawan. Curiosity juga sangat terbangun, dari melihat kartu-kartu festival yang sangat menarik, murid-murid pun dengan senang hati mencari tahu lebih dalam tentang setiap festival atau budaya. Dengan mekanisme game ini yang mengharuskan kita

3. Competencies

Dari game ini murid-murid bisa melihat bahwa problem-solving tidak hanya mengidentifikasi dan analisis situasi namun juga melihat jangka panjang. Setiap aksi ada harganya lalu untuk jadi untuk menang setiap murid harus bisa membuat rencana.

 

Debrief-Presentation

Debrief

Untuk debrief di hari ke-2 ini Ibu Augy mengadakan quiz dimana setiap kelompok berlomba menjawab.          Pertanyaan-pertanyaan di quiz ini digunakan untuk mengukur pemahaman anak tentang apa yang mereka pelajari dari bermain seperti;

Festival ini diadakan oleh budaya apa? Atau budaya ini berasal dari pulau apa? Festival apa yang ada kudanya? Dan lainnya.

Terlihat sangat asyik ketika murid-murid berlomba menjawab, dan juga terlihat bahwa tidak sedikit yang mereka pelajari

 

Setelah itu mereka menggambarkan tentang festival dan budaya yang mereka ingin kunjungi. Dari sini terbangunlah rasa ingin tahu dan ingin mengenali budaya lain selain budaya mereka sendiri. Murid-murid akan melihat sendiri keberagaman budaya Indonesia yang sangat berbeda-beda namun tetap bisa hidup dan bekerja bersama di dalam Satu Indonesia. Dari hal ini kita berharap rasa“Bhineka Tunggal Ika” yang sungguh dapat membuat Indonesia damai dan makmur, terbangun.

Game Schooling Aquatico, 10 Juli

Game Schooling Aquatico, 10 Juli

Day-1 Game School Aquatico

 

Pembukaan-Briefing

  1. Ibu Augy memberi pembukaan dengan memperkenalkan diri, dan team Ludenara.
  2. Anak-anak diberi kesempatan memperkenalkan diri masing-masing
  3. Briefing, Ibu Augy menjelaskan secara garis besar mengenai ekosistem air, serta mengenai game yang dimainkan dan narasi awal.

   

Playing

Anak-anak dibagi menjadi 2 kelompok dengan Ibu Augy dan Ibu Novie menjadi fasilitator setiap kelompok. Masing-masing fasilitator melajutan dan menambahkan narasi mengenai Aquatico, anak-anak dijelaskan bahwa mereka berperan sebagai seorang pemimpin masyarakat yang bertanggung jawab untuk memastikan ekosistem di sekitar mereka tetap bersih agar binatang-binatang datang dan berkembang biak dengan baik.

Dengan cepat anak-anak menangkap peraturan dan langsung asik bermain.

Berikut adalah beberapa keterampilan yang muncul dan di latih oleh murid-murid game schooling

1. Different Perspective/ Big Picture,

Di game ini murid-murid berperan sebagai penanggung jawab ekosistem perairan, dari sini mereka bisa memahami bahwa pekerjaan konservasi alam tidaklah mudah.

2. Character Qualities.

Murid-murid belajar kompetisi sehat, dimana mereka bisa menerima kekalahan serta belajar dari itu, dan karena mereka tetap ingin menang persistence sangat berkembang dengan ini. Dan pada saat bermain kooperatif mereka berperan sebagai pemimpin dan pengikut, mereka belajar berkolaborasi untuk mencapai tujuan yang sama. Initiative tidak terlihat di ronde pertama bermain tapi terlihat muncul di saat mereka lebih mengenali permainan dan cara memenangkannya, contohnya anak-anak awalnya mengoleksi kartu ekosistem sesuai dengan binatang yang mereka ingin dapatkan, namun setelah mereka sadar itu sangat susah dicapai, atau ekosistem mereka terpolusi, mereka dengan cepat beradaptasi dan mengoleksi ekosistem yang lain untuk mendapatkan binatang yang lain, hal ini juga yang disebut adaptability ketika mereka cepat beradaptasi pada situasi baru.

3. Competencies

Fasilitator menjelaskan bagaimana cara bermain game, namun cara untuk menang mereka harus mencari tahu sendiri. Dari proses ini mereka mengasah critical thinking, dengan sendirinya mereka kritis akan menemukan cara terbaik untuk menang. Kreatifitas juga sangat berkemang, terilhat ketika mereka bisa menemukan solusi-solusi kreatif pada saat suatu permasalahan muncul.

Debrief-Presentation

 

Dengan bermain anak-anak tahu bahwa binatang tidak akan suka ekosistem yang terpolusi, di sesi ini mereka menonton video yang melihatkan konteks dunia nyatanya. Setelah itu mereka menggambarkan ekosistem seperti apa sih yang mereka inginkan, di sini saat learning points literasi mengenai ekosistem di luar dari 21st century skills muncul.

 

Mereka bisa menyimpulkan bahwa membersihkan ekosistem dengan sendiri sangat lah susah dan butuh kerjasama, “Iya bersih-bersih sendiri susah banget soalnya orang lain yang ngotorin, tapi pas bareng-bareng lebih gampang!” kata seorang anak. Juga ada anak yang bisa melihat aplikasi game di dunia nyata “Bersih-bersih susah yaa.. belum tentu berhasil lagi, mendingan ngejaga yang udah bersih.”

Tentunya pengetahuan-pengetahuan dasar bisa disampaikan dengan games secara sangat fun! namun memang tidak bisa terlalu banyak informasi yang dimasukkan ke dalam games, namun game based-learning sangat kuat di sisi membangn interest, dan interest ini lah yang akan mendorong anak-anak untuk mendalami topik pembelajaran lebih dalam lagi. Contohnya setelah acara selesai masih banyak anak-anak yang nanya-nanya tentang ekosistem dan binatang-binatang laut dan setelah itu juga meminta untuk di tunjukan video-video lain tentang ekosistem laut itu. Kita juga mendapatkan laporan dari orang tua bahwa anak nya masih sangat semangat bercerita tentang pengalaman main nya dan ekosistem perairan. Selama interst ini bisa terbangun, maka proses pembelajaran tidak akan berhenti

Format Game Schooling Ludenara

Format Game Schooling Ludenara

Game schooling Ludenara adalah sebuah program pembelajaran berbasis game untuk anak-anak umur 9-12 tahun. Proses pembelajaran lewat bermain ini  ketrampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk kesuksesan di abad 21 ini seperti kreativitas, problem-solving, sosial skills dan lainnya. Pembelajaran akademis atau literasi juga bisa dilakukan beriringan, sehingga tema, atau kurikulum bisa dimasukkan dalam program ini.

 

Berikut adalah struktur dasar dari setiap kelas game schooling kita

 

Pembukaan

 

1.Ibu kepala sekolah memperkenalkan topik pembelajaran hari ini serta board game yang di gunakan

2.Anak-anak akan melakukan ice breaking kecil untuk mencairkan suasana

3.Pembagian kelompok dengan 1 guru yang akan memfasilitasi proses pembelajaran di setiap kelompok

 

Play

 

Setelah grouping setiap guru akan memberikan narasi untuk menambah ketertarikan setiap anak kepada topik yang dibahas serta menjelaskan peraturan-peraturan cara main. selama bermain kita bisa melihat keterampilan-keterampilan yang akan diolah dan diterapkan oleh setiap anak

 

1. Independence/Self-learning

Selama bermain murid-murid akan mengeksplorasi topik pembelajaran dengan sendirinya sementara guru akan membantu dengan mendorong murid-murid untuk menggali insight yang lebih dalam dari game itu. Cara ini akan membangun kepercayaan diri anak-anak ketika mereka berhasil mendapatkan ilmu dengan sendirinya tanpa di suapi informasi oleh guru.

2. Different Perspective/Big Picture

Mereka akan memainkan peran-peran yang akan membiasakan melihat dari sudut pandang yang berbeda-beda, serta membangun keterampilan sosial mereka.

3. Character Qualities (Social awareness, Leadership, Persistence)

Untuk games yang kooperatif mereka akan belajar bekerja sama, beberapa anak pun akan belajar memimpin kelompok nya untuk menyatukan tujuan. Sementara games yang kompetitif mengembangkan mental mereka, mereka bisa belajar menerima kekalahan dan menyadari bahwa pembelajaran dari kekalahan dan kesalahan sangat lah banyak . Mental “fair play” yang sehat ini di bangun dengan games dan ini lah yang akan membantu mereka di dunia nyata yang sangat menghargai mentalitas ini. Selain itu menghadapi kekalahan di games ini juga lah yang akan membantu mereka membangun mental pantang menyerah.

4. Competencies (Critical thinking, Creativity, Collaboration)

Setiap games memberikan tantangan yang berbeda sehingga kemampuan problem solving mereka akan terasah. Games akan memposisikan mereka di berbagai situasi yang cukup rumit, mereka harus menganalisa dan memprediksi setiap konsekuensi dari setiap langkah, anak-anak juga akan terbiasa memprediksi langkah lawan sebuah tugas kognitif yang cukup kompleks untuk bisa menang. Mereka juga akan terbiasa planning, tapi juga tetap fleksibel saat rencana mereka meleset melatih adaptability. Dengan membiasakan diri untuk kritis di setiap situasi seperti ini critical thinking mereka juga sangat berkembang.

 

Debrief

  1. Setelah bermain ibu kepala sekolah akan membahas topik pembelajaran lebih dalam, murid-murid akan menonton video untuk memahami situasi nyata. Setelah itu mereka akan mendapatkan quizz agar kita lebih tahu apa saja yang mereka pelajari.
  2. Murid-murid akan diberikan kertas gambar dimana mereka akan mengekspresikan apapun yang mereka pelajari selama sesi bermain. Dari sini kita bisa melihat interest dan fokus mereka terhadap setiap topik pembelajaran, dan itu bisa kita gunakan untuk mengenali karakter mereka.
  3. Terakhir mereka akan mempresentasikan karya mereka kepada teman-teman di kelompok nya.

 

Program Ludenara ini bisa disesuaikan dengan tema, kurikulum, atau nilai-nilai yang ingin disampaikan.

 

 

 

Bosan sama mainan di rumah? Ayo bikin yang baru!

Bosan sama mainan di rumah? Ayo bikin yang baru!

Sudah bosan sama mainan-mainan yang ada di rumah? Bisa beli mainan yang baru, tapi mahal.

Nah mending kita bikin mainan sendiri!

Pada tanggal 3 Maret yang lalu Ludenara mengadakan Kelas Game Design, dimana orang tua serta guru belajar cara mendesain board game sendiri.

 

    Salah satu peserta kita Mas Triyana telah berhasil menerapkan yang beliau pelajari di rumah bersama anaknya. Kebetulan Afid anak dari Mas Triyana senang sekali main mobil-mobilan, namun dia mulai bosan sama mobil-mobilan yang ada di rumah. Lalu Mas Triyana berinisiatif untuk membuat boardgame bersama anaknya, sang ayah menggambar track jalur balapannya, dan sang anak mewarnai dan menggambar.

Pasti asyik ya bikin board game bareng anak….

Terimakasih ya Mas Triyana telah berkenan berbagi ceritanya..

 

    Proses ini sungguh sangat lah positif bagi keluarga manapun, dengan menghabiskan waktu yang sangat produktif dengan anak tentu mempererat hubungan antara anak dan orang tua. Membuat boardgame bersama juga merupakan hal yang sangat edukatif bagi sang anak, proses ini melatih ketrampilan-keterampilan yang di butuhkan di abad ke-21 ini, seperti kreativitas, kolaborasi, dan banyak lagi! Kami dari Ludenara sangat bersyukur ilmu yang kita bagi bisa sangat bermanfaat.

 

Pasti penasaran kan, bagaimana proses bermain bisa menjadi hal yang sangat edukatif, atau mau belajar desain game sendiri?

Ayo! Ikuti kelas Game-based Learning dan Game Design Ludenara.

Catat ya tanggal nya!

Kelas Game Based Learning

Kelas Game Based Learning

 

Bandung, (27/7). PlaySpace by Boardgame.id kembali diramaikan oleh guru-guru dan orang tua. Usut punya usut, mereka ternyata mengikuti Kelas Game Based Learning, sebuah workshop yang diselenggarakan oleh Ludenara.

Apa sih yang mereka lakukan di sini?

Acara dibuka dengan sambutan oleh mbak Novie, Koordinator Program dari Ludenara dan juga perkenalan PlaySpace by Boardgame.id oleh Isa Rachmad Akbar yang juga menjabat sebagai pimpinan redaksi. Sesi dilanjutkan dengan perkenalan peserta agar makin akrab.

Sesi workshop game based learning ini sendiri dipimpin oleh Eko Nugroho, seorang praktisi dan pakar game based learning, perancang game sekaligus pendiri Kummara Game Design Studio dan juga Ludenara.

Usai sesi perkenalan, Eko mulai memberi paparan tentang sisi positif dari game dan berbagi kiat-kiat bagaimana membawa game ke ruang keluarga atau bahkan ke sekolah. Para peserta yang hadir di sini pada dasarnya percaya tentang potensi game. Mereka hadir untuk menelaah lebih dalam sejauh mana game bisa dijadikan media pembelajaran yang seru, efektif dan interaktif mengingat anak-anak generasi sekarang semuanya suka game.

Sesi workshop game based learning ini sendiri dipimpin oleh Eko Nugroho, seorang praktisi dan pakar game based learning, perancang game sekaligus pendiri Kummara Game Design Studio dan juga Ludenara.

Usai sesi perkenalan, Eko mulai memberi paparan tentang sisi positif dari game dan berbagi kiat-kiat bagaimana membawa game ke ruang keluarga atau bahkan ke sekolah. Para peserta yang hadir di sini pada dasarnya percaya tentang potensi game. Mereka hadir untuk menelaah lebih dalam sejauh mana game bisa dijadikan media pembelajaran yang seru, efektif dan interaktif mengingat anak-anak generasi sekarang semuanya suka game.

 

“Yang ada di benak saya saat mendengar kata game, memang ada game-game yang kurang baik tapi ada juga game-game yang membangun. Sebagai praktisi aktivitas outdoor, saya lebih menikmati game-game yang fisik karena ada interaksinya,” Ujar kang Ucup salah satu peserta hari itu.

Sesi pun beralih ke coffee break yang dilanjutkan dengan sesi bermain. Mereka mencoba satu game, bukan game sembarangan namun board game berjudul Rantai Makanan. Board game ini tercipta dari hasil kolaborasi beberapa guru yang terlahir dari acara Kelas Game Design yang juga diselenggarakan oleh Ludenara bulan Maret lalu.

Dengan tetap dipandu oleh mas Eko, para peserta jadi semakin yakin jika dimanfaatkan dengan baik game bisa mengajarkan sesuatu yang baru, sesuatu yang seru ke anak-anak kita. Peserta pun dibekali dengan canvas game based learning. Canvas ini yang akan membantu mengarahkan peserta mengekstrak materi yang mungkin bisa didukung oleh game-game tertentu.

.

Selesai jam ishoma siang, peserta kembali diajak memainkan sebuah card game. Uniknya, card game ini bukan yang ada unsur hitung-hitungan atau hafalan. Kala itu peserta memainkan card game Roket Raket. Setelah bermain, peserta ditantang untuk menggagas ide/tema baru dari Roket Raket yang bisa diajarkan ke anak didik atau putra putri kita.

“Game ini bisa saya ubah temanya jadi pengenalan unsur-unsur kimia. Jadi pemain tidak lagi menyamakan posisi raket dengan kock tapi unsur dalam tabel periodik dengan golongan yang sama,” respon dari mbak Epong Utami, seorang guru dari School of Human yang menjadi peserta kala itu.

Dengan dibekali Canvas dan juga sedikit contoh modifikasi, seharusnya apapun itu permainannya bisa kita ambil intisari positifnya. Jika berhasil menemukannya, semua game bisa dijadikan media pembelajaran yang seru.

Artikel ini di tulis oleh Isa Rachmad Akbar dan sudah di publikasikan di boardgame.id

Kamu juga bisa lihat acara-acara seru & menarik lainnya yang diselenggarakan di PlaySpace by Boardgame.id, Jalan Sukanagara no. 31, Antapani, Bandung dengan mengunjungi boardgame.id

Sekolah berbasis bermain, mungkinkah?

Sekolah berbasis bermain, mungkinkah?

“Kami berharap suatu hari anak-anak datang ke sekolah hanya untuk bermain sepanjang hari, bukan untuk belajar.” Demikian ungkapan harapan salah seorang pendidik di Sekolah Dasar Islam Kreatif Mutiara Anak Sholeh, Sidoarjo, mewakili semua rekannya. Sekolah berbasis bermain, mungkinkah?

SDI Kreatif Mutiara Anak Sholeh membuktikan bahwa hal ini sepertinya bukanlah tidak mungkin. Para pendidik di sekolah ini telah mulai “meratakan jalan” menuju cita-citanya. Kenikmatan bermain anak-anak menjadi pusat perhatian sang kepala sekolah dan para guru. Mereka memutar otak dan memeras ide untuk menciptakan suasana belajar penuh kegembiraan dan antusias.

Liga Matematika mengeluarkan potensi terpendam

Dalam mapel matematika, sebuah modifikasi permainan catur direkakan menjadi liga matematika berjenjang. Di liga, para murid bertanding bukan hanya untuk memecahkan persoalan matematika dasar, tetapi juga belajar berstrategi, berpikir kritis dan percaya diri. Muncul fenomena yang tidak terduga. “Pemenang liga matematika ini seringkali adalah murid-murid yang sama sekali tidak menonjol dalam nilai akademis di kelasnya”, demikian aku seorang pendidik. Hal ini mengejutkan bukan hanya bagi murid dan guru, namun juga bagi para orang tua. Tentu saja hal ini membuka semua pandangan, kemungkinan, cara baru dalam menangani potensi si anak. Potensi yang tadinya tidak terlihat dan tergali.

Boardgame untuk mapel agama

Dalam mapel agama, sebuah boardgame di desain sedemikian rupa untuk menghindarkan murid dari tugas menghafal. Pak Ustad yang mengiringi mapel ini berujar, “kami ingin anak-anak tidak terpaksa menghafal, tapi dapat dengan riang belajar melalui sebuah permainan.” Sedemikian rupa desain permainan papan ini, sehingga anak-anak tidak hanya belajar tentang ayat Al-Quran; namun juga tentang filosofi ibadah dan toleransi kehidupan secara mendalam.

Sekolah berbasis bermain, mungkinkah?

“Kami sedang melengkapi semua mapel dengan permainan. Nantinya setiap permainan ini akan dipertandingkan secara bergiliran sepanjang tahun ajaran”. Rasanya ungkapan ini cukup menggambarkan bagaimana asiknya belajar di sekolah ini. Bagaimana anak-anak antusias berangkat ke sekolah setiap pagi dengan kepastian mereka dapat bermain dengan bebas. Mendapatkan dukungan dan bimbingan penuh dari para Ustad dan Ustadzah, pendidik mereka.

Kami dari Ludenara, saat berkunjung ke sekolah ini, merasakan inginnya kami kembali bersekolah di sekolah seperti ini, betapa semangatnya kami akan berangkat ke sekolah setiap pagi.

Sekolah berbasis bermain? Sangat mungkin!

Festival Belajar Main, Guru dan Orang Tua Kembali Bermain Dengan Riang

Festival Belajar Main, Guru dan Orang Tua Kembali Bermain Dengan Riang

Festival Belajar Main menandai bangkitnya bermain sebagai proses belajar yang paling utama. Proses belajar yang selama ini dianggap sebagai proses serius dan tidak untuk main-main, diubah menjadi proses yang menyenangkan dalam festival ini. Festival Belajar Main, guru dan orang tua kembali bermain dengan riang.

Demi anak atau demi kita?

Mengapa guru dan orang tua yang bermain-main di festival ini? Festival ini memang diadakan khusus untuk guru, orang tua dan aktivis pendidikan. Kita, para dewasa, banyak melupakan bahwa bermain adalah proses alamiah dari belajar. Semua mamalia, mengawali proses belajar segala sesuatu dari bermain. Bermain mengasah kemampuan motorik, kemampuan berpikir, kemampuan analisa dan memecahkan masalah. Namun untuk kita manusia, semakin kita dewasa, bermain menjadi kegiatan yang tidak penting bahkan dianggap membuang waktu. Sehingga saat kita bermain, kita tidak lagi bermain dengan sungguh-sungguh. Jika kita, para dewasa sudah mampu kembali mengingat dan menyadari betapa pentingnya bermain; mungkin, kita akan dapat bermain dengan lebih sungguh-sungguh, baik antar dewasa, dengan anak kita, dengan murid kita dan menyediakan lebih banyak waktu untuk bermain. Bermain bukan hanya demi anak-anak, namun juga dapat membantu kita para dewasa.

Resep bermain dari semua untuk semua

Bagaimana membawa sebuah proses bermain menjadi proses belajar? Dalam festival ini, guru dan orang tua merasakan dan berlatih, bagaimana sebuah sesi bermain dapat dibawa menjadi sebuah sesi belajar yang menyenangkan. Mengolah sebuah permainan hingga sesuai untuk digunakan dalam berbagai tema belajar tidaklah sulit, namun memerlukan persiapan, pemahaman dan konsistensi bermain.

Dari berbagai hasil olahan ini lahirlah resep-resep bermain yang dapat digunakan dalam kelas, rumah, pekerjaan atau komunitas. Ludenara akan menyediakan wadah resep bermain, agar dapat diakses dan digunakan oleh semua orang.

Festival Belajar Main, guru dan orang tua kembali bermain dengan riang

Berhasil mengajak banyak orang bermain dapat mendorong peningkatan kualitas belajar mengajar. Tidak hanya itu, proses bermain juga mendorong kegembiraan, komunikasi yang lebih baik, energi positif, menghargai perbedaan dan keragaman. Saat guru dan orang tua dapat menikmati bermain dengan riang, semoga anak-anak pun mendapat banyak manfaat darinya.

Mari kita semua bermain dengan gembira hingga seluruh pelosok nusantara!

Dapatkah Board Game melatih Pemikiran Kritis?

Dapatkah Board Game melatih Pemikiran Kritis?

Saat mendengar tentang board game, banyak orang tua atau guru melemparkan pertanyaan. Apa manfaat dari board game? Kami pernah menulis tentang manfaat sosial bermain board game. Sekarang kami coba sampaikan sisi lain keuntungan bermain board game dari sisi intelektual. Dapatkah board game melatih pemikiran kritis?

Keuntungan bermain board game untuk anak-anak.

Keuntungan langsung bermain board game sangat nyata, anak-anak akan menikmati permainan dab sebuah keluarga dapat berkumpul bersama. Anak juga akan terdorong untuk memahami konsep sebuah peraturan, mengikutinya dan mempertimbangkan moralitasnya. Jika anak-anak bermain dengan orang dewasa, mereka juga akan belajar bagaimana menyikapi kemenangan atau kekalahan dengan baik.

Dari sisi intelektual mereka akan dapat belajar pengenalan suatu pola, membuat perencanaan, memperkirakan hasil dari sebuah keputusan dan belajar dari pengalaman.

Namun apakah kemampuan dari bermain boardgame ini juga berguna untuk kehidupan nyata mereka sehari-hari? Ini tergantung.

Dapatkah Board Game melatih pemikiran kritis?

Meskipun berbagai keuntungan board game diakui dengan nyata, namun hasil penelitian belum dapat menyatakan hal ini dengan gamblang. Tidak serta merta peneliti dapat menyatakan dengan gamblang bahwa boardgame akan membuat anak menjadi pintar.

Namun ada beberapa hasil penelitian yang dapat menjadi acuan, seperti:

  • Catur: subyek penelitian adalah anak-anak dengan kesulitan belajar. Peneliti membagi satu kelompok anak yang mendapatkan hanya pelajaran matematika dan satu kelompok yang mendapatkan variasi pelajaran matematika dan catur. Setelah satu masa pelajaran, anak dengan variasi permainan catur menunjukkan kemajuan kemampuan dasar matematika.
  • Board game dengan barisan angka: sekelompok anak prasekolah dipaparkan terhadap permainan barisan angka. Sebelum dan setelah pemaparan, mereka diberi beberapa soal matematika. Anak dengan paparan permainan barisan angka menyelesaikan tugas lebih baik, dibandingkan satu kelompok control yang tidak terpapar permainan.
  • Mastermind: sejumlah mahasiswa yang ditugaskan untuk bermain permainan ini mengalami kemajuan untuk kemampuan berpikir kritis, sedangkan sejumlah anak sekolah dasar tidak mengalami kemajuan serupa.

Dari hasil penelitian ini nampaknya kemampuan bermain board game meningkatkan kemampuan akademik, tetapi sepertinya belum konsisten. Namun seorang pemain yang baik memiliki kemampuan mengontrol hasrat, mengikuti peraturan dan merefleksi diri. Sehingga mungkin, pengalaman bermain dapat meningkatkan kemampuan akademik yang memerlukan fokus dan kontrol diri.

Barangkali, hanya bermain saja tidak cukup, diperlukan pula terobosan intelektual.

Anak-anak memerlukan pendampingan.

Anak harus memahami bahwa kemampuan memecahkan suatu masalah bukan merupakan talenta atau bakat. Dengan memahami hal ini, mereka akan terpacu untuk belajar melatih kemampuan analisa. Mereka perlu dilatih tentang metakognisi, sehingga mereka sadar akan taktik dan mengapa taktik yang mereka ambil berhasil atau gagal.

Apakah kemudian dapat kita rumuskan: board game + metakognisi = kemampuan berpikir kritis?

Bagaimanapun, kita harus membiarkan anak-anak bersenang-senang dengan permainan board game. Namun sekali sekala, orang dewasa dapat mendampingi dan membuat mereka berusaha berpikir lebih keras. Penelitian menunjukkan bahwa anak akan menjadi semangat belajar jika mereka paham bahwa kecerdasan dapat ditempa. Bahkan mereka akan belajar lebih dalam lagi, jika mereka dapat menjelaskan proses penalaran mereka. Dengan demikian, kita dapat menggunakan board game sebagai media belajar untuk melatih kemampuan berpikir kritis, sama seperti kita melatih otot.

Peranan Orang Tua dan Guru

Disinilah peranan orang tua atau guru dalam proses bermain menjadi penting. Anak tidak akan menjelaskan tentang dirinya tanpa didorong. Dalam suatu proses permainan dengan menggunakan strategi, mereka tidak akan menjelaskan atau mengulas proses pemilihan strategi yang mereka lakukan. Guru atau orang tua dapat menjadi sosok yang mendorong mereka untuk merefleksikan diri.

Saat anak beranjak dewasa, orang tua atau guru dapat menggunakan board game sebagai bagian dalam program belajar kemampuan berpikir kritis. Jika board game digunakan sebagai bagian dalam pelajaran tes hipotesis, logika dasar dan tema lainnya, maka orang tua dan guru dapat menawarkan pada mereka berbagai pilihan untuk melatih kemampuan penalaran.

(disadur dan diterjemahkan dari di https://www.parentingscience.com/board-games-for-kids.html, gambar diambil dari https://www.chronicle.com/article/Beyond-Critical-Thinking/63288, http://www.gettingsmart.com/2017/08/creating-change-agents-the-intersection-of-critical-thinking-and-student-agency/)
Jerman adalah Kiblat Industri Board Game Dunia

Jerman adalah Kiblat Industri Board Game Dunia

Jerman merupakan salah satu negara adidaya di dunia. Negara dengan sejarah penemuan yang panjang dari berbagai bidang. Kemajuan teknologi dan industri yang diprakarsai negara ini menjadi salah satu yang terdepan. Dalam bidang edukasi, Jerman adalah pencetus Kindergarten di awal abad 19. Ini adalah sebuah system pendidikan pra-sekolah berbasis bermain, bernyanyi dan aktifitas praktis seperti menggambar dan interaksi sosial. Sistem ini kemudian diadaptasi oleh banyak negara di dunia dengan menggunakan nama yang sama. Namun mungkin banyak dari kita yang belum tahu bahwa, Jerman adalah kiblat industri board game dunia.

Mengapa Jerman dapat menjadi salah satu pusat penemuan dan perkembangan yang berperan besar di dunia? Apa yang dapat membuat mereka dapat menjadi sehebat itu? Banyak faktor yang tentunya berperan dalam perkembangan satu negara dimana masyarakatnya menjadi penemu-penemu besar. Salah satu yang dapat kita soroti adalah faktor perilaku sosial, mereka suka bermain board game dan mencintainya cukup besar.

Apa peran game dalam kemajuan jaman?

Penulis ilmiah Steven Johnson menyimpulkan bahwa, salah satu pendorong perkembangan jaman di sejarah dunia adalah kesenangan manusia untuk bermain. Lewat buku karangannya Wonderland: How Play Made the Modern World, ia memberi argumen bahwa saat kita diajarkan sejarah di sekolah atau kampus, kita di beritahu bahwa pendukung utama kemajuan sejarah adalah faktor-faktor seperti nasionalisme, religius, serta penemuan ilmiah. Meski benar, tapi ada faktor yang sering kali kita lupakan, yakni keinginan manusia untuk mencari kesenangan.

Dia berkata bahwa, manusia mengejar hal-hal yang mengasyikan tanpa berfikir ke mana mereka akan terbawa. Di sebuah interview dia juga menganjurkan anak-anak untuk merancang board game-nya sendiri. Dengan membuat board game, anak-anak akan merancang konsep, lalu mereka membuat prediksi. Lalu mereka harus mengetes atau mencoba memainkannya dan mereka akan mengetahui kesalahan dari rancangan mereka. Kesalahan tersebut kemudian mereka revisi dan seterusnya sampai mereka menghasilkan konsep board game yang baik.

Menurut Steve, itu adalah awal yang baik untuk mengajarkan mereka metode ilmiah. Juga termasuk level berpikir yang sangat tinggi bagi anak-anak. Menariknya, mereka tanpa sadar menggarap metode ilmiah itu dengan riang dan bersenang-senang saat mengerjakannya. Mereka tidak memiliki beban atau merasakan tuntutan yang berat.

Jerman adalah Kiblat Industri Board Game Dunia

Warga Jerman menganggap bermain boardgame setara dengan quality time yang mampu mengangkat family values mereka. Artinya, menghabiskan waktu bersama keluarga dengan bermain board game di pandang sebagai hal yang sangat baik. Fakta menunjukkan bahwa masyarakat Jerman membeli board game lebih banyak dibandingkan negara-negara lain. Board game sering sekali digunakan untuk hadiah di hari-hari istimewa sepanjang tahun, seperti ulang tahun dan hari raya mereka. Hal ini membuktikan bahwa, board game sudah menjadi bagian penting dari budaya mereka, yang membuat mereka seperti sekarang ini.

Wajar saja, kini disebut-sebut Jerman adalah kiblat industri board game di dunia.

(disadur dari “Jerman, Fakta Di Balik Negara yang Menjadi Kiblat Industri Board Game Dunia”, oleh Isa R Akbar, riset oleh Sadida Satri, Boardgame.id, http://boardgame.id/fakta-jerman-kiblat-board-game-dunia/)